Postingan

Bukan Cinta Yang Sama (#1) - Cerbung

Gambar
Bukan Cinta Yang Sama (#1) - Cerbung Malam itu, hujan turun makin deras, seakan membasuh kota yang menyimpan seribu kenangan. Di dalam kedai kopi kecil yang hangat, lima sahabat duduk melingkar, wajah mereka diterangi cahaya hangat lampu kedai. Mereka larut dalam percakapan yang terasa lebih dalam dari biasanya. Chandra mengaduk kopinya yang sudah dingin. Tatapannya kosong, pikirannya melayang jauh ke seorang yang dulu pernah mengisi hatinya. "Aku hanya menunggu takdir," katanya pelan. "Jika takdir mengatakan tidak untuk kita bersatu lagi, aku terima." Dea menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap Chandra dengan pandangan yang sulit ditebak. "Dan kalau takdir bilang kalian harus bersama lagi?" Chandra tersenyum kecil, tapi ada getir di sana. "Aku rasa… itu tidak akan terjadi." Raka menghirup es kopinya dengan santai. "Kalau memang sudah ikhlas, kenapa masih dibahas?" Andini tertawa kecil. "Karena dia belum sepenuhnya ikhlas." C...

Cinta Dalam Bayang-Bayang Keraguan - Cerpen

Gambar
Cinta Dalam Bayang-Bayang Keraguan - Cerpen Senja merayap pelan di ufuk barat saat Hadi berdiri di tepi jembatan tua , memandangi sungai yang mengalir tenang. Angin sore menerbangkan beberapa helai rambutnya, tapi pikirannya lebih kacau dari arus air di bawah sana. Di tangannya, ada sebuah kotak kecil berisi cincin yang sudah ia siapkan sejak lama. Seharusnya ini menjadi momen yang sempurna untuk melamar Sinta, tetapi keraguan di mata gadis itu membuatnya bimbang. Sinta berdiri tak jauh darinya, membelakangi, memandangi siluet matahari yang perlahan tenggelam di balik cakrawala. Rambut panjangnya tergerai, berayun mengikuti hembusan angin sore yang sejuk. Biasanya, Sinta selalu ceria, penuh senyum. Tapi akhir-akhir ini, ada sesuatu yang berbeda. Tatapannya lebih sering kosong, ia tampak lebih sering diam dan merenung seolah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. "Apa yang kau pikirkan?" suara Hadi memecah keheningan. Sinta menghela napas pelan sebelum menoleh. Ia tersenyum k...

Kita, Dalam Sebuah Cerita - Cerpen

Gambar
Kita, Dalam Sebuah Cerita - Cerpen Di minimarket yang menyediakan meja dan kursi kayu untuk bersantai, Arsya duduk seorang diri. Di depannya ada sebuah laptop, sebotol air mineral dan beberapa bungkus makanan ringan. Arsya duduk menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Jari-jarinya sudah siap di atas keyboard, tetapi pikirannya berputar ke arah lain. Bukan ke cerpen yang sedang ia buat, melainkan ke seorang gadis bernama Ayla. Entah sejak kapan gadis itu mulai muncul di pikirannya. Teman Facebook yang dulu hanya sekadar nama di kolom komentar, kini menjadi seseorang yang kehadirannya ia nantikan setiap hari. Meski mereka sering bertemu dalam kelompok yang sama dengan Pandu dan Windi, ada sesuatu yang membuatnya ingin menghabiskan lebih banyak waktu hanya berdua dengan Ayla. Namun Arsya tidak tahu harus bagaimana. "Aduh, Arsya. Cerpen kamu yang kemarin bikin aku sedih banget, deh." Suara Ayla membuyarkan lamunannya. Ia duduk di depan Arsya sambil meletakkan botol minuma...

Sebelum Ia Menyadari - Cerpen

Gambar
Sebelum Ia Menyadari - Cerpen Hujan telah reda, meninggalkan jalanan basah dan berkilau diterpa cahaya lampu jalan. Pemuda itu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang sambil berusaha melawan kantuk yang mulai menyerangnya. Angin malam yang dingin menusuk hingga ke tulang, membuatnya menggigil di balik jaket tebalnya. Matanya terasa berat, namun ia terus berusaha untuk tetap terjaga. Beberapa kilometer lagi ia akan tiba di tempat tujuannya. Jalanan cukup lengang, hanya ada beberapa kendaraan yang sesekali melintas. Tiba-tiba, saat ia menikung tajam, cahaya terang menyilaukan muncul dari arah berlawanan. Klakson panjang dan nyaring memecah keheningan malam. Detik berikutnya, ia merasakan tubuhnya melayang. Anehnya, ia tidak merasakan sakit atau nyeri. Ia hanya merasa seperti didorong ke arah yang berlawanan. Ia menoleh ke belakang dan melihat sebuah truk besar dengan lampu sorot yang menyala, berhenti di tengah jalan. Beberapa orang keluar dari kabin truk dengan wajah panik. Pemuda...

Pada Akhirnya, Akankah Luka Berakhir? - Cerpen

Gambar
Pada Akhirnya, Akankah Luka Berakhir? - Cerpen Surya duduk membelakangi jendela kafe, tangannya mengaduk-aduk minuman dingin yang dipesannya hingga esnya mencair. Suara seorang wanita terdengar memanggilnya dari arah pintu masuk kafe. "Surya...!" Surya menengok dan melambaikan tangan. Nayla, gadis muda yang ditunggunya, menghampiri dengan senyum merekah. Nayla duduk di hadapan Surya, aroma parfum lembut tercium dari tubuh Nayla. "Nay, ada yang ingin aku bicarakan," kata Surya, menatap Nayla yang baru saja duduk dan melihat daftar menu. "Hmmm," Nayla bergumam, lalu meletakkan daftar menu dan menatap Surya. "Kamu mau bicarakan apa?" Surya menelan ludah. Ada sesuatu di dalam dadanya terasa berat, seperti ada beban yang menghimpitnya. Ia menatap lekat mata Nayla, mencoba mencari keberanian. "Aku tidak bisa melupakan Gita," katanya akhirnya. Suaranya rendah, nyaris seperti bisikan. "Dia terlalu berarti bagiku. Apa mungkin..." Nayl...