Rasa Yang Telah Terbunuh (#1) - Cerbung

Rasa Yang Telah Terbunuh (#1) - Cerbung



rasa yang telah terbunuh (#1) - cerbung
Sumber gambar google.com diedit oleh Hermansyah


Motor ojek yang ku tumpangi meliuk-liuk di jalan yang cukup ramai menuju ke sebuah tempat yang ku tuju untuk bertemu dengan seorang yang sudah berjanji ingin bertemu dengan ku di tempat itu. Pengojek motor Itu menjalankan motor yang dikendarainya dengan kecepatan yang cukup cepat. Aku yang menjadi penumpangnya cukup takut juga dengan kecepatan dan cara dia mengendarai motornya.

Ketika berhenti di persimpangan jalan karena lampu lalu lintas yang menyala merah ku tepuk bahu pengojek motor itu sambil berkata, "Pelan-pelan saja tak usah ngebut aku juga tidak sedang dikejar-kejar waktu, Bang." Sang pengojek motor hanya mengangguk. Lampu berwarna hijau menyala pengojek motor itu kembali menjalankan motornya tapi kali ini tidak seperti tadi, ia menjalankan motornya sedikit lebih pelan.

Sebelum azan Maghrib sampailah aku di tempat yang ku tuju. Pengojek itu menghentikan motornya di pinggir jalan tepat di depan sebuah mall. Aku pun turun dan menyerahkan beberapa lembar uang pembayaran ongkos ojek yang telah disepakati. Setelah menerima uang pembayaran pengojek motor itu kembali menjalankan motornya dan hilang di keramaian lalu lintas.

Sesaat aku menatap mall yang berdiri tepat di depanku lalu ku keluarkan HP-ku untuk memotret mall itu dan ku kirim fotonya melalui WA kepada dia dengan sedikit pesan "Sudah sampai di sini." Tak lama kemudian dia membalas, "Iya, tunggu aku di situ, Mas." Kemudian ku langkahkan kakiku berjalan menuju ke mall tersebut di dalam hati aku berkata, "Semoga di dalam mall ini ada yang menjual power bank."

Sesampainya di dalam mall aku berkeliling mencari tempat yang menjual power bank untuk mengisi kembali baterai HP-ku yang baru terisi sedikit takut HP Itu mati yang berakibat bisa kehilangan kontak dengan orang yang telah berjanji ingin bertemu dengan ku.

Setelah berkeliling beberapa lantai yang ada di dalam mall akhirnya aku dapatkan sebuah retail yang menjual power bank. Dan dengan membayar 355.000 rupiah sebuah power bank pun kudapatkan walaupun power bank itu hanya berisi setengahnya namun sudah cukup untuk mengisi baterai HP-ku ini hingga penuh dan aku pun tidak cemas lagi akan kehilangan kontak dengannya. Setelah mendapat power bank aku bergegas turun menuju masjid yang tak jauh dari mall untuk sholat Maghrib karena azan Maghrib sudah terdengar. Tak lama setelah selesai sholat terdengar suara notifikasi WA dari HP yang ada di saku celanaku. Ku keluarkan HP itu dan segera membaca chat WA-nya.

"Oke, aku keluar rumah ini."

"Iya, hati hati jalannya," jawabku.

Kurang lebih setengah jam kemudian kembali terdengar lagi suara notif WA darinya.

"Aku sudah sampai... Mas di mana?"

"Di depan Alfa mart," jawabku

"Oke aku ke situ."

Tak lama kemudian

"Ningsih."

"Mas Her."

"Akhirnya ada pertemuan di cerita kita, Sih."

"Alhamdulillah... iya, Mas. "

Sebenarnya aku ingin sekali memeluknya tapi tak mungkin itu kulakukan sebab tempat di mana aku dan Ningsih bertemu suasananya cukuplah ramai dan akhirnya aku hanya menjabat tangannya saja. Setelah berjabat tangan dan melepaskan kerinduan sesaat, Ningsih mengajak ku duduk di tikar dekat pedagang kopi dan ia pun memesan dua gelas kopi dan beberapa cemilan.

"Mas kok tidak bilang-bilang kalau Mas mau ke sini, kalau sedari awal Mas bilang kepada ku kalau Mas mau ke sini aku kan bisa menjemput Mas di terminal dan mengajak Mas ke rumahku."

"Kan waktu itu aku sudah pernah bilang tanggal sekian sampai tanggal sekian di bulan ini insya Allah aku akan ke rumah Ningsih, mungkin Ningsih lupa."

"Masa iya aku lupa, Mas?"

"Coba Ningsih ingat-ingat lagi atau buka chat kita dan dicari pasti ada chat dari ku yang mengatakan kalau aku mau ke sini di tanggal segini."

"Cari di chat, ogah! Pasti udah jauh banget kita kan chat setiap hari, sehari saja bisa sampai puluhan mungkin ratusan chat bakalan pegel jari dan mataku, Mas."

"Kan ada aku yang bantuin, bantuin doa.. hahaha."

Ningsih memukul gemas bahuku sambil berkata, "Mas tuh ya, nanti aku gigit lho."

"Masih ingat aja mau mengigitku, kirain udah lupa.. hahaha."

"Ingat dong dan juga aku masih ingat aku akan menimpuk Mas pakai bakiak kalau Mas meledek aku terus."

"Alhamdulillah, untungnya malam ini Ningsih pakai sendal jadi aman buat meledekin.. hahaha."

"Tuh kan. Aku gigit beneran nih!" Ucap Ningsih sambil menarik tanganku.

"Gigit aja, aku rela kok.. hahaha."

Ningsih melepas tanganku dan mukanya langsung cemberut. Mungkin kalau tempat ini tidaklah ramai dia benar-benar akan mengigit tanganku.

"Udah ngga usah cemberut gitu ntar hilang manisnya."

"Biarin!!"

Tiba-tiba hp yang ku letakkan di depanku berbunyi. Satu pesan inbox masuk. Aku langsung membukanya dan tersenyum sendiri membaca isi pesannya. Ningsih menatapku dan bertanya, "Inbox dari siapa, Mas?"

Ku sodorkan HP yang kupegang kepadanya sambil berkata, "Nih dibaca sendiri inbox-nya."

Ningsih tak langsung mengambil HP yang ku sodorkan, ia tampak ragu dan hanya menatap ku. Aku menatapnya lembut dan mengangguk dan akhirnya Ningsih pun mengambilnya dan membacanya. Setelah membacanya dia kembali menatapku. Lalu aku pun berkata, "Digulir aja ngga apa-apa kok." Ningsih pun mengulirnya  dan membaca beberapa pesan sebelumnya dan ia pun terlihat tersenyum.

"Mas ini senang banget jailin orang, waktu itu Mas Irul sekarang Kang Jaka."

"Lagi iseng, Sih.. hehehe"

"Nih langsung dibalas biar Kang Jaka ngga nungguin, Mas." Ucap Ningsih sambil menyerahkan HP yang dipegangnya kepadaku.

Aku pun mengambil HP itu dan langsung membalas inbox dari kang Jaka, "Ya sekarang juga sama kan, ntar juga orangnya online lagi."

Tak lama kemudian notif pesan masuk kembali terdengar. Aku langsung membukanya.

"Tapi kan jadi lama dapat balasannya."

"Ya gitu deh, mungkin habis lebaran baru dibalas."

"Lama juga ya... Hmmm."

"Sabar aja ya, Kang."

"Bwahahahaha.. Jadi saya yang ngebet."

"Nah loh..hahaha."

Ku letakkan kembali HP-ku di depanku dan ketika HP itu berbunyi lagi ku biarkan saja karena aku merasa tak enak kepada Ningsih kalau aku hanya sibuk sendiri dengan HP-ku. Ku ajak ngobrol kembali Ningsih dan kami pun kembali larut dalam obrolan.


=============== Baca juga : Makhluk Manis Dalam Lift ===============


Semakin malam tempat di mana aku dan Ningsih bertemu semakin ramai saja. Dan kebetulan malam ini malam Minggu hingga banyak pasangan kekasih, keluarga atau yang masih sendiri datang ke tempat ini untuk melepaskan penat atau sekedar cuci mata sambil menikmati hiburan yang ada, hiburan pertunjukan musik dan seni budaya entah seni budaya apa namanya aku tak tau karena baru sekali ini melihatnya.

"Mas, hari sudah semakin malam sebelum Ningsih pamit pulang kita makan wedang ronde dulu. Waktu itu Mas pernah bilang kalau Mas belum pernah makan wedang ronde kan?"

"Oh ya aku sampai lupa. Ayo kita makan wedang ronde, tapi kita makannya di mana, Sih?"

"Itu di belakang panggung, di situ ada penjual wedang ronde, Mas."

Aku dan Ningsih segera berdiri, sebelum berjalan ke penjual wedang ronde yang ada di belakang panggung terlebih dahulu aku membayar kopi dan cemilan yang sudah diminum dan dimakan. Setelah membayar semuanya aku dan Ningsih berjalan ke arah belakang panggung untuk menghampiri pedagang wedang ronde yang berdagang di situ. Sesampainya di pedagang wedang ronde Ningsih langsung memesan dua mangkuk wedang ronde. Seperti ketika minum kopi dan makan cemilan, makan wedang ronde pun aku dan Ningsih duduk lesehan di atas tikar.

Tak lama kemudian dua mangkuk wedang ronde datang. Ningsih memberikan semangkuk wedang ronde kepadaku sambil berkata, "Akhirnya kesampaian juga makan wedang rondenya, Mas." "Iya, terima kasih, Sih." Jawabku.

Sebelum memakan wedang ronde yang diberikan Ningsih, aku mengaduk-aduknya untuk melihat apa saja isi yang ada di dalam semangkuk wedang ronde ini. "Oh ternyata isi semangkuk wedang ronde ngga berbeda jauh dengan isi semangkuk sekuteng," ucapku dalam hati. Lalu aku pun mencicipinya dengan memakan bulatan yang seperti bola pingpong karena bulatan yang seperti bola pingpong itu tak ada di sekuteng.

Ningsih memperhatikan ku dan dia lantas bertanya setelah melihat ku mencicipi wedang ronde. "Gimana rasanya, Mas?"

"Sepertinya aku sudah pernah makan makanan yang seperti ini, sebentar aku ingat-ingat dulu di mana aku pernah memakannya."

"Di mana, Mas?" Tanya Ningsih penasaran.

"Di Tawangmangu, aku ingat pas makan bola-bolanya ini. Rasanya sama seperti yang pernah kumakan di Tawangmangu."

"Bola-bolanya itu yang disebut ronde, Mas."

"Oh..."

"Berarti Mas udah pernah makan wedang ronde dong." Ucap Ningsih dan terdengar ada sedikit kekecewaan di suaranya.

"Iya, tapi baru ini kali aku makan wedang rondenya bersama Ningsih." Jawabku sedikit menghibur.

"Ah Mas ini."

"Oh ya, boleh apa ngga aku datang ke rumah Ningsih?"

"Boleh, kalau memang Mas mau datang ke rumahku boleh-boleh aja tapi jangan sekarang, Mas. Ini sudah malam ngga enak sama tetangga. Mas tau sendiri kan kehidupan di kampung seperti apa."

"Iya, aku mengerti kok. Aku ke rumah Ningsih bukan malam ini tapi besok pagi."

"Tapi jangan terlalu pagi juga, aku mau mengantar ibu dulu ke balai desa."

"Jam setengah sembilanan, ngga terlalu pagi kan?"

"Kalau jam setengah sembilan aku sudah di rumah, aku cuma ngantar aja nggak nungguin."

Tanpa sadar semangkuk wedang ronde telah habis tanpa sisa masuk ke dalam perut, Ningsih pun pamit pulang karena hari memang sudah cukup malam dan aku melihat ada kebahagiaan di wajahnya ketika meninggalkanku pulang. Ku pandangi kepergian Ningsih sampai dia tak lagi terlihat lalu aku berjalan menuju mall untuk membeli pakaian untuk salin karena aku tak membawa pakaian lain selain pakaian yang sudah dua hari ini melekat di badan. Setelah mendapatkan pakaian dan sebuah tas punggung kecil aku keluar dari mall dan kembali melihat-lihat keramaian di depan mall. Sekitar jam setengah sebelas malam aku baru beranjak dari tempat itu untuk mencari penginapan untuk beristirahat.

Aku berjalan menghampiri salah satu pedagang yang ada di situ dan bertanya di mana aku bisa mendapatkan sebuah kamar untuk menginap. Sebuah nama penginapan yang tak jauh dari tempat itu ku dapatkan dan aku pun segera menuju ke sana. Sesampainya di penginapan tersebut langsung ku menuju meja tamu untuk memesan kamar dan untungnya masih ada kamar yang kosong jadi tak perlu lagi ku mencari-cari penginapan yang lain.

185.000 rupiah semalam cukup mahal juga untuk sebuah kamar ber-AC yang tak terlalu besar yang hanya berisi satu tempat tidur berukuran sedang, sebuah meja kecil, sebuah televisi dan kamar mandi entah besok paginya dapat sarapan atau tidak aku lupa menanyakannya.

Sebelum tidur ku cas dulu power bank yang tadi ku beli semoga saja pas paginya isi power bank sudah penuh dan juga mengecek HP untuk melihat notifikasi apa saja yang masuk. Ada cukup banyak notifikasi yang masuk dan aku hanya membaca dan membalas yang sekiranya perlu seperti pesan chat dari Ningsih yang mengabarkan kalau dia sudah sampai di rumah dan bertanya apa aku sudah dapat tempat untuk menginap dan juga inbox kang Jaka dan kebetulan ku lihat dia sedang online.

Tak lama kemudian terdengar kembali satu notifikasi inbox. Aku langsung membukanya. "Oh iya... Emang udah lama Mas Her memendam perasaan Mas Her sama dia?"

"Belum lama juga, sepertinya baru-baru aja."

"Berapa bulan?"

"Setengah tahun lebih, Kang."

"Hah!!"

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa cuma shock dikit. Setengah tahun ya lama lah. Kok Mas Her diam-diam aja?"

"Oh ternyata lama tapi kan belum setahun. Lah memangnya harus teriak-teriak ya, Kang?"

"Iya sih... Ya seenggaknya ada nunjukin dikit gitu. Tapi ya nggak tau juga mungkin Mas Her udah nunjukin banyak via privat."

"Malah saya ngga tau kalau lewat privat."

"Owhh... Jadi kayak semacam pemuja rahasia gitu dong."

"Mungkin, Kang."

"Uhuuyy... Jadi ingat lagunya Sheila on Seven."

"Ngga tau lagunya saya, Kang.."

"Tinggal cari di google Pemuja Rahasia - Sheila on Seven."

"Nanti dah di cari lagunya. Maaf saya udah ngantuk mau tidur dulu, Kang."

"Oke, saya juga udah ngantuk, mas."


=============== Baca juga : Apakah Memang Dia? ===============


Mungkin karena tidurku yang terlalu nyenyak atau karena akunya yang terlalu lelah hampir jam enam pagi aku baru terbangun dari tidur. Aku langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi dan selesai mandi aku berganti pakaian dengan pakaian yang semalam ku beli. Setelah semua merasakan beres aku keluar dari kamar untuk mencari makan karena perutku memang sudah terasa lapar dan sekaligus menyerahkan kunci kamar dan berpamitan. Ku kunci pintu kamar itu lalu kuncinya ku serahkan ke penjaga penginapan yang berjaga di meja penerima tamu karena aku menyewa kamar itu memang hanya untuk semalam saja dan aku pun berpamitan. Ketika aku hendak berjalan menuju keluar penjaga penginapan itu berkata sambil menunjuk ke sebuah meja, "Tidak sarapan dulu itu sudah di sediakan di atas meja, Mas." Aku melihat ke meja yang ditunjuk oleh penjaga penginapan. Di atas meja itu memang aku melihat ada beberapa piring nasi goreng dan beberapa gelas teh hangat. "Ternyata dapat sarapan juga." Ucapku dalam hati. Ku ambil sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat lalu aku duduk di sebuah bangku yang ada di sudut untuk menikmati sarapanku.

Tak butuh waktu lama nasi goreng serta segelas teh itu sudah berpindah kedalam perut. Nasi gorengnya lumayan enak, ada suwiran ayamnya, irisan sosis dan juga irisan ketimun namun sayangnya nasi gorengnya itu cuma sedikit tidak sepiring penuh tapi lumayanlah bisa untuk mengganjal perutku yang sedang lapar dan tehnya teh manis hangat jadi pas banget untuk menemani menu sarapan. Setelah semuanya ludes masuk ke dalam perut aku pun pergi meninggalkan penginapan itu.

Sampai di luar penginapan aku melihat jam tangan yang melingkar di tangan kiriku, aku melihat hampir jam delapan. Segera ku keluarkan HP dari dalam saku celanaku untuk memesan ojek online setelah memastikan ada yang merespon dan bisa mengantarkan ku ke rumah Ningsih lalu ku kirimkan sebuah pesan WhatsApp kepada Ningsih. "Sedang menunggu ojek online nih."

Sepersekian detik kemudian masuk satu pesan balasan dari Ningsih, "Mas benaran mau datang ke rumah aku?"

"Benaran lah. Masa jauh-jauh dari Jakarta ke sini cuma bertemu Ningsih saja tanpa berkunjung dan tau rumah Ningsih, rugi banget dong. Lagi pula ngga ada yang melarang kan kalau aku datang ke rumah Ningsih?"

"Ahh Mas ini. Siapa juga yang melarang mas datang ke rumah. Baiklah aku tunggu di rumah. Nanti dari rumah kita pergi ke tempat yang pernah aku ceritakan dan ingin ku kunjungi bersama Mas."

"Tempat yang mana? Tempat yang belum lama dikunjungi itu ya?

"Bukan, tempat itu kurang asyik, mas. Malas aku datang lagi ke sana."

"Kurang asyik atau....... hahaha"

"Ahh Mas ini, jangan menggodaku terus nanti aku gigit lho."

"Waduhhh..."

"Makanya... Tempat yang pernah ku jadikan status WhatsApp, masa mas lupa?"

"Oh tempat yang itu, aku lihat di YouTube tempatnya sih kelihatannya lumayan asyik juga. Aku jadi penasaran dan ingin tau tempatnya seperti apa?"

"Tempatnya adem dan enak buat mengobrol, Mas."

"Memangnya Ningsih sudah pernah ke sana?"

"Belum... hihihi"

"Hahaha."

Ojek online yang ku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dia berhenti di seberang jalan tepat di depanku dan aku pun mengakhiri chat dengan Ningsih dengan mengirimkannya pesan, "Mau berangkat nih. Tunggu yang sabar ya."

"Oke..."



Bersambung ke Rasa Yang Telah Terbunuh (#2)

Komentar

  1. wah mangstab mas her uda ada updatean cerpen...tinggal aku aja nih yang belom update cerpen...jadi pingin update cerpen juga yang tokohnya pake kata sapaan aku, bisa anita bisa aku yang lain wkwkwk #buru buru semedi dulu biar ga kalah sama cerpen romantis temen-temen blogger lain yang udah update wkwkwk #jiwa kompetisi nyerpen nyerbung w kumat hahhaha


    oh...itu ronde indil indilnya sebola ping pong? kupikir sekelereng aja kalau di ronde...kebayang rasa nasgor khas penginepan ala ala nih...nasgor penginepan kan rasanya gitu...tapi murah juga ya penginepannya ga ada 200 ribu kalah sama harga powerbank

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebetulan tadi habis salah makan jadi bikin cerpen eh bukan cerpen sih tapi cerbung biar blog-nya kelihatan update tapi jangan tanya lanjutannya karena ngga tau kapan akan dibuat..hihihi
      Ayo bikin cerpen lagi atau lanjutin cerbung mbak yang belum kelar tuh.

      Sebenarnya ngga sebesar bola pingpong tapi lebih besar dari kelereng. Penginapan ala-ala penginapan yang seperti apa ya?
      Lah itu di cerita ditulisnya cukup mahal walau kalah sama power bank.

      Hapus
    2. siyaaaap lahi mengumpulkan amunisi ide ni mas herman, kasih saran aku baiknya bikin cerpen misteri, horror, romansa, atau dongeng anak anak? wkwkw

      salah makan berujung bikin lanjutan cerbung pasangan tersweet abad ini herman ningsih hihi...bener bener suatu keajaiban

      lanjutannya semoodnya paling ya mas herman hihihi

      Hapus
    3. Menurut saya lebih cocok mbak bikin cerita horor misteri aja post bukan cerita horor misteri aja udah berasa horor misteri.

      Keajaiban yang tak disangka..hihihi

      Nah pasti itu, semood saya..hihihi..eh mood itu apa sih?

      Hapus
    4. kayaknya sih begitu
      belom pernah keluarin ide horror hantu, tapi kalau misteri tentang kematian baru sekali

      eh setelah kuoerhatikan cerbung yang ini ada teka tekinya lo,

      1. kenapa judulnya rasa yang telah terbunuh?

      3. akan kemana mereka berdua setelah sowan ke rumah Ningsih? apakah rumah ningsih itu di banyumas? dan tempat yang akan dituju itu baturaden

      atau rumah ningsih di karanganyar, dan tempat yang akan dituju tawangmangu dan keduanya akan makan sate kelinci hihihi

      Hapus
    5. Dicoba bikin cerita horor kali aja jadi viral, mbak.

      Saya juga bingung kenapa judulnya Rasa Yang Telah Terbunuh mungkin..........

      Kalau rumah Ningsih di Banyumas kayak sedikit aneh kalau tempat yang dituju itu Baturraden, masa Ningsih belum pernah ke Baturraden.

      Kalau Tawangmangu ada kemungkinan..hihihi

      Hapus
    6. Iya ya, kenapa judulnya Raisa eh rasa yang terbunuh ya? 🤔

      Hapus
    7. baru nyadar kenapa aku nulis dari 1 ke point 3 ya, wkwkkw...nomor 2 nya kelewat mas her hahahah

      mas agus..rasa mas...rasa... iya iya makasih aku ekang mirip raisa mas...raisa....alias ora isoo hohoho wkwkw

      Hapus
    8. Ngga apa-apa nomor duanya bisa nyusul kok..hihihi

      Hapus
    9. ya uda point ke duanya mau komen, tadi baca ulang untuk yang kedua kalinya ternyata....romantizzz banget..hiks hiks...mpe ku jadi...jadi...jadi apa ya hahha..
      kayaknya penggambaran tokoh mas her ini mengayomi n melindungi ningsih banget...jadi kelihatan so swiiit hihihi..panggilannya juga mesra 😍

      Hapus
    10. Panggilannya mesra, mesranya di mana kan cuma panggil nama bukan dik, beb atau yang?

      Hapus
    11. Mas Herman so sweet ya mbul.😄

      Hapus
    12. banget....hihihi

      seandainya ada kejadian ini di kehidupan nyata...yang jadi ceweknya auto berbunga bunga ya mas agus ☺

      Hapus
  2. wah tumben aku pertamax

    #kudu tumpengan nih...
    wkwk

    mas her ada tokoh figuran baru lagi kang irul n kang jaka...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan tumpengan cukup pizza super supreme ukuran large, mbak..hihihi

      Sengaja munculin tokoh figuran baru biar ngga bosen sama tokoh-tokoh yang udah ada..hihihi

      Hapus
    2. Tapi kok ngga ada nama Agus? 🤔

      Hapus
    3. Tunggu aja mas, mungkin di sambungannya ada nama Agus tapi ngga tau sambungannya dipostingnya kapan..hihihi

      Hapus
    4. nanti mas agus berperan jadi anak pramuka peserta kemah sama anita yak...wkwkwkwk

      Hapus
    5. Nah kayaknya udah ada bahan cerita horor misteri nih, tentang tragedi di perkemahan

      Hapus
    6. uda ada dong hihihi

      #promo terselubung

      Hapus
    7. Aku juga ada cerpen baru, tapi bukan promo terselubung tapi promo beneran.😆

      Hapus


  3. Kok bersambung Huu..

    Mungkin tukang ojeknya mules kali Huu jadi bawa motornya ngebut..😁😁

    Perasan tiap janjian batre lowbath terus...makanya bawa Accu mobil nape biar nggak ngecas2 hp.🤣🤣

    Setelah bertemu ingin memeluk Ningsih karena ramai akhirnya nggak jadi.😁 Aturan ketemuannya jangan dimall Huu dikebun atau di Tempat sepi kek, Asal jangan dikuburan aje.🤣🤣🤣

    Kirain pas nginap Ningsih ikut juga, Aturan bawa nginap juga Huu...Kan asikk😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serba salah, kagak bersambung pada minta lanjutan dibuat bersambung ditanya kok bersambung.. guling-gulingan aja di jalanan..hihihi

      Maklumlah hp jadul yang boros baterai makanya sering lowbet..ide yang cemerlang tuh nenteng-nenteng accu mobil, yang bagusnya accu mobilnya mobil truk apa sedan nih?

      Kuburan sekarang udah rame udah jadi tempat pacaran setan aja sampai bingung..hihihi

      Ngga kepikiran ke situ apa saya edit aja ceritanya biar jadi asik? Hihihi

      Hapus
    2. Tukang ojeknya itu juga ganti mas sama mas agus terus jaey jadi penjual wedang ronde, terus resepsionis ganti jadi mbul, terus kang satria jadi accu mobil 🤣

      Hapus
    3. nah tuh mas her...mbul jadiin resepsionis ya mas jaey 🤣, jadi bintang tamu di cerbung mas her mah susah hihihi...lakonnya uda paten 😋

      Hapus
    4. Nantilah dipakai namanya di cerita yang lainnya tapi entah itu kapan, belum nemu idenya.

      Hapus
  4. Wah udah ada update baru nih, pantesan dari kemarin ngga nongol ternyata lagi semedi.😄

    Ini lanjutan yang kemarin ya waktu ketemu Ningsih. Eh masih bersambung lagi.

    Baru tahu kalo harga penginapan 185k mahal, soalnya kadang blogger yang suka jalan-jalan nulisnya ada yang 300 ribu bahkan ada yang sampai sejuta permalam. Mungkin tergantung hotelnya juga kali ya. Kalo mau gratis ya di hotel prodeo ya mas.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, lagi semedi di gua Lawa..hihihi

      Iya, mas. Karena ada yang minta lanjutan jadi dibuatlah lanjutan padahal yang kemarin cerpen bukan cerbung..hihihi

      Kalau buat harga hotel 185.000 itu murah tapi kalau kelas bukan hotel menurut saya itu mahal.

      Hapus
    2. lahhh ini sampe ke hotel prodeo yang dibawa :D

      Hapus
    3. Namanya juga mas Agus kalau ngga ngelantur bukan mas Agus namanya..hihihi

      Hapus
    4. Hotel Prodeo itu apa? 😅

      Hapus
    5. Hotel bintang tujuh, kang..hihihi

      Hapus
    6. Saingan sama puyer 16 bintang tujuh dong.🤣

      Hapus
    7. prodeo kalau diilangin p ama d nya jadi makanan item dalemnya krim... 🥴

      Hapus

    8. ☝🏾☝🏾☝🏾🙄🙄🙄🙄🙄😆😆😆

      Hapus
    9. Bukan roeo kang tapi jadi roengdo.😁

      Hapus
    10. ☝🏾☝🏾☝🏾🙄🙄🙄🙄🙄😆😆😆

      Hapus
    11. ga ada n nya keleus...roengdoo moloookkk...pada pengen disepitin 🐦🐦🐦 nya kali ya hahhahahahaa

      rodeo atau oreo makanan item dalemnya krim
      ︵‿︵(💦 °□°)︵‿︵

      Hapus
    12. Rodeo itu bukannya ketangkasan mengendalikan kuda, mbak?

      Hapus
    13. ow iya rodeo olah raga berkuda

      tapi rodeo yang mirip oreo ada juga kan ya hihi

      Hapus
    14. Lho, bukannya Rodeo itu olahraga naik banteng? 🤔

      Hapus
    15. Ada juga yang naik banteng bahkan kambing.

      Hapus
    16. masa iya sih ada yang naik 🐏🐑

      Hapus
  5. eahhhh ningsih akan tetep menunggu dengan sabar

    akhirnya ada updetan juga ya, setelah bolak balik kesini :D
    bentar, 185ribu udah ada AC, di daerahku sini nggak nemu kalau harga segitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya nunggu yang sabar bukan buat Ningsih tapi buat yang baca cerbung ini, sabar nunggu lanjutannya..hihihi

      Di Jawa tengah masih banyak, malah ada yang di bawah 150ribu tapi penginapan bukan hotel.

      Hapus
  6. Wah habis itu mau liburan kah ketempat wisata. 😅

    Ga sabar mau tau kelanjutannya 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rencananya begitu, kang. Itupun kalau sesuai jadwal..hihihi

      Hapus
    2. Oh pakai jadwal kah 🤣

      Berapa hari tinggal di kota Ningsih. 😛

      Hapus
    3. Kalau menurut jadwal 5 dasawarsa, kang

      Hapus
    4. Kirain lama ternyata cuma 5 dasawarsa 😅

      Hapus
    5. Ya begitulah karena dikejar waktu jadi cuma 5 dasawarsa.

      Hapus
  7. Wah, Rp 185.000 untuk menginap semalem itu termasuk murah utk zaman sekarang...

    Endingnya di suruh nunggu..
    Jangan kelamaan, kasian yg nunggu mas😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, itu termasuk murah ya saya pikir lumayan mahal.

      Hapus
  8. Cieeeeee, Mas Herman ngapelin Mbak Ningsih, cieeee. Jauh-jauh lho, dari Jakarta. Romantis banget nih, Mas Herman 😆. Ngomong-ngomong, gemes juga aku pas Mas Herman goda-godain Mbak Ningsih. Cuma baca aja aku bisa bayangin ekspresinya Mbak Ningsih kayak apa, lho. Kayaknya sih sambil malu-malu gitu. 🤭

    Ngomong-ngomong hotel 185k udah dapat AC, kamar mandi dalam, sama breakfast itu murah banget, Maaaaaas 😆. Duh, gara-gara baca cerbung nya Mas Herman ini aku jadi pengen kepoin OTA, deh. Pengen cari hotel murah, pengen staycation. 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh aja gemes tapi jangan sampai gigit ya, mbak..hihihi

      Seharusnya bukan 185.000 tapi 1.850.000 kali ya, mbak biar terasa jadi mahal

      Hapus
  9. Ya..lagi seru-serunya bersambung
    Jadi pingin tau gimana kisah cinta Ningsih, dari judulnya udah bikin penasaran. Perasaan milik siapa yang harus terbunuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kira-kira perasaan milik siapa, milik Ningsih, Hermansyah atau penjual wedang ronde atau jangan-jangan milik si pengojek online, masih tanda tanya.

      Hapus
  10. Aduuuh, kok gak bawa power bank dan baju ganti thoo klo mau nginep di kota lain?

    BalasHapus
    Balasan

    1. Bisr nggak ribet katanya mbak Tini...Jadi kalau ingin ganti baju Herman tinggal beli yang baru, Dan baju yang lama dibuang begitu begitu saja...Dan begitu seterusnya...

      Kan Sultan, Jadi nggak mau ribet bawa2 kopor..😁😁

      Hapus
    2. Bener banget tuh kata mas Satria..hihihi

      Hapus
  11. Keren :) jauh jauh dari Jakarta bawa hp, duit, sama nyawa aja 😂 semuanya tinggal beli dan pesen 😂 Apakah cerbung nya akan sad ending? saya tunggu lanjutannya walaupun gatau kapan di update nya 😂 semangat mass 👏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih keren lagi kalau lupa bawa nyawa..hihihi.. biar ada geregetnya mungkin tahun depan baru di update.. hihihi

      Hapus
  12. Beberapa kali mampir ke sini ga ada update an, skr akhirnya adaaaa :D. Walopun nunggu lagi yg sabar utk lanjutannya ya mas :D.

    Endingnya msh banyak kemungkinana macem2, tp berharap ga sad ending hahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga aja bukan sad ending itu juga kalau ada kelanjutannya..hihihi

      Hapus
  13. Wah makin ke sini, saya perlu menyelami blognya. Baca cerita asik dan kece kece

    BalasHapus

Post Yang Paling Banyak Dibaca

Sepenggal Kisah Dunia Maya (#1) - Cerbung

Dara, Gadis Dunia Maya (#1) - Cerbung

Rasa Yang Telah Terbunuh (#2) - Cerbung

Makhluk Manis Dalam Lift - Cerpen

Dara, Gadis Dunia Maya (#3) - Cerbung