Dara, Gadis Dunia Maya (#1) - Cerbung
Dara, Gadis Dunia Maya (#1) - Cerbung
~2.jpeg)
Sumber gambar google.com diedit oleh Hermansyah
Apa artinya hidup ini
Bila hanya berteman mimpi
Dalam kegelapan aku berjalan
Untuk mencari kedamaian hati
Ho..oooo
Semuanya takkan kusesali
Walau perihnya luka ini
Memang ku akui, yang kuinginkan
Kesetiaan di atas segalanya
Bayang-bayang hitam yang menghantui
Kuanggap mimpi di siang hari
Seberkas cahaya di dalam dada
Jauhkanku dari putus asa
Jauhkanku...
Tiba-tiba lagu berganti ke nada dering karena ada panggilan telepon yang masuk.
Sebebas camar engkau berteriak
Setabah nelayan menembus badai
Seikhlas karang menunggu ombak
Seperti lautan engkau bersikap
Aku yang sedang asyik duduk bersandar membaca novel di teras depan rumah langsung menghentikan bacaanku. Tanganku meraih ponsel yang tergeletak di atas meja, lalu menyapukan jariku ke layar dan menempelkannya ke telinga.
"Assalamualaikum," terdengar suara seorang pria memberi salam.
"Wa'alaikumussalam. Ada apa, Bay? tanyaku.
"Man, Coba deh buka Facebook, lagi ramai banget nih."
"Ah malas, Bay. Aku lagi asyik baca novel."
"Baca novel bisa kapan-kapan, Man. Tapi keramaian di Facebook seperti ini belum tentu bisa ada lagi."
"Bukannya hampir setiap hari Facebook selalu ramai, Bay?"
"Iya sih, tapi ini ada yang baru ikutan nimbrung, Man. Orangnya cantik, dan bocor alus juga, namanya Dara Banjarnegara. Tadi aku mengirimkan dia permintaan pertemanan, langsung diterimanya, Man."
"Mantan user MWB juga kah dia?" tanyaku menyelidik.
"Mungkin, soalnya teman-temannya kulihat banyak juga yang mantan user MWB. Udah cepetan gabung di Facebook."
"Jadi penasaran tapi tanggung nih, novel yang aku baca sedang seru-serunya juga. Eh, ngomong-ngomong di status siapa yang sekarang ini sedang ramai?"
"Di status Shanty Cantika. Udah tinggalin dulu tuh novel dan biar nggak nyasar, aku tag ya, Man," ucap Bayu mengakhiri pembicaraan.
Akhirnya kutinggalkan juga novel yang sedang kubaca dan aku beralih membuka Facebook. Ketika akun Facebook-ku terbuka, terdengar suara notifikasi. Aku melihat ada begitu banyak pemberitahuan yang masuk, ternyata bukan hanya Bayu saja yang telah menandaiku, beberapa teman yang juga melakukannya. Aku pun mengklik pemberitahuan dari Bayu dan langsung memberikan komentar, "Pantesan aja tangan ini dari tadi gatel pengen ngelus-ngelus layar HP ternyata ada yang ngomongin."
Baca juga: Apakah Memang Dia?
"Akhirnya dia nongol juga," sahut Jaka.
"Nah lho yang diomongin nongol, ngumpet ah," balas Sanny.
"Kaburrrrr....." timpal Bayu.
"Tebar menyan," jawab Firza.
"Sebar paku payung," respon Deni.
"Tagih utang," sambar Lanny.
"Siapin tali," balas Ahmad.
"Xixixi.." Shanty tertawa.
"Aku kasih ini aja (tiga emoticon bunga)," ujar Dara.
"Dara langsung tebar pesona (emoticon menjulurkan lidah)," celetuk Elza.
"Terima kasih buat Dara. Buat yang lain nih (sebar ribuan lecek) wkwkwk," balasku.
Keseruan di kolom komentar semakin ramai. Bahkan, itu bukan hanya di status Shanty Cantika saja, tetapi berpindah-pindah dari satu status ke status yang lain, bahkan satu status bisa sampai ribuan komentar. Benar kata Bayu orang bernama Dara memang bocor alus, komentar-komentar darinya bikin ngakak dan senyum-senyum kecil. Dia membalas seolah tanpa beban, walaupun ada komentar yang menyerangnya secara frontal tapi dia tetap membalas dengan santai dan penuh canda. Pas banget dia berkumpul dengan mantan user MWB yang memang terkenal gokil dan asal nyeplos. Jika mereka sudah berkumpul, siap-siap saja untuk sakit perut dan kram rahang karena kebanyakan tertawa membaca komentar dari mereka. Bahkan sampai ada yang memberikan julukan kepada para mantan user MWB sebagai "Pasukan Bocor Alus".
Cukup lama aku dan Dara saling balas komentar, lalu kukirimkan dia permintaan pertemanan dan langsung diterima olehnya. Setelah permintaan pertemanannya diterima, aku menulis ucapan terima kasih di linimasanya. Kirimanku di linimasa Dara langsung di sambar oleh Jaka, "Wah ada yang mulai PDKT nih." Tak lama, datang balasan dari yang lain dan akhirnya kiriman di linimasa Dara jadi ajang berbalas komentar yang membuat aku dan Dara babak belur sekaligus senyam-senyum dan tertawa-tawa.
Seiring berjalannya waktu, aku dan Dara semakin akrab di kolom komentar, bahkan sampai ada beberapa orang dari temanku yang menjodoh-jodohkan kami di kolom komentar.
Setelah hampir sebulan, aku dan Dara akrab di kolom komentar Facebook. Aku memberanikan diri mengirimkan dia pesan pribadi melalui Messenger untuk mengajaknya ngobrol secara pribadi agar bisa mengenalnya lebih dalam.
"Tok..tok..tok..tok...
Apakah aku ada di situ? (Emoticon tertawa dan menjulurkan lidah)," tulisku di Messenger.
Cukup lama juga kiriman pesan dariku baru dibalas oleh Dara, padahal kulihat dia sedang online. Mungkin dia masih merasa canggung untuk mengobrol secara pribadi melalui Messenger, atau mungkin isi pesanku yang membuat dia berpikir untuk membalasnya, atau mungkin juga dia lagi sibuk membalas pesan lain yang lebih penting ketimbang pesanku yang tak jelas.
Setelah pesan yang kukirimkan dibalas olehnya, aku langsung membalasnya dan akhirnya aku dan Dara saling berbalas pesan dan menjadi akrab di Messenger, bahkan juga di Direct Message dan WhatsApp. Bahkan hanya Dara yang mempunyai nomor kontak WhatsApp-ku.
Kedekatanku dengan Dara tak ada yang mengetahui karena di kolom komentar kami bersikap biasa saja. Aku dan Dara tak menunjukkan kalau kami mempunyai hubungan yang sangat dekat. Aku pun sudah berjanji akan berkunjung ke rumahnya di Banjarnegara.
Baca juga: Rasa Yang Telah Terbunuh
Bila ada temanku berkomentar yang mengarah pada upaya perjodohan, aku dan Dara menimpalinya seolah-olah menyetujuinya, namun terkadang membiarkannya. Hal itu akhirnya menimbulkan rasa penasaran beberapa orang dari teman dekatku, dan mulai bertanya melalui Messenger.
Aku menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka kalau aku tak begitu mengenal Dara. Aku dan Dara hanya akrab di komentar, dan hanya beberapa kali kami mengobrol melalui Messenger. Mereka percaya karena jarang melihatku online di Messenger. Selain itu, mereka juga mengira aku orangnya tertutup yang tidak mudah mengobrol lewat pesan pribadi dengan orang yang hanya dikenal di dunia maya. Itulah yang menjadi salah satu alasan mereka menduga mengapa aku tidak mau memberikan nomor kontak WhatsApp-ku pada teman dunia maya.
Ada satu teman perempuan yang dekat denganku baik di komentar maupun di Messenger yang kujahili, bernama Shanty Cantika. Aku menjahilinya dengan berpura-pura meminta bantuannya untuk mencarikanku informasi tentang Dara dan cara mendekatinya, sebab aku tahu ia dan Dara sangat dekat. Kukatakan juga kepadanya kalau aku sudah lama diam-diam menyukai Dara. Shanty sendiri merupakan salah satu dari teman-temanku yang sering menjodoh-jodohkan aku dengan Dara.
Sebelum melaksanakan rencanaku menjahili Shanty, aku terlebih dahulu memberitahukan rencana tersebut kepada Dara agar tidak terjadi kesalahpahaman. Rencanaku berjalan mulus, dan sepertinya Shanty tidak menyadari kalau ia sedang dijahili. Ia benar-benar memberiku informasi mengenai Dara, bahkan memberikanku nomor WhatsApp-nya. Aku hanya tertawa dalam hati.
**********
Hampir setahun aku dan Dara menjalani hubungan dan sudah begitu akrab dengan status yang juga jelas meskipun masih sebatas hubungan di dunia maya. Beberapa kali aku merencanakan menemuinya di dunia nyata, namun selalu saja ada halangannya dan berakhir dengan kegagalan.
Sampai suatu hari tanpa alasan yang jelas, akun WhatsApp-ku diblokirnya. Hal itu terlihat dari pesanku yang hanya centang satu, foto profilnya yang tidak terlihat, dan ketika ditelepon muncul tulisan memanggil bukannya berdering. Aku bingung kenapa ia memblokirnya. Saat aku menghubungi lewat telepon biasa, teleponku dialihkan olehnya entah ke nomor siapa karena tak diangkat. Kubuka Messenger, ternyata sudah terblokir, begitu pun dengan Facebook-ku, itu terlihat dari hilangnya akunnya, dan Instagram pun demikian. Kini aku kehilangan kontak dengannya, semua akses kontakku sudah diblokir olehnya.
Dalam kebingungan, aku mencoba mengingat-ingat apa yang menyebabkan Dara memblokirku di semua media sosial, karena aku merasa tak berbuat salah dan terakhir kontak dengannya berakhir baik-baik saja.
Aku kembali memeriksa pesan di Messenger dan WhatsApp dengan lebih teliti, tetapi sampai mata ini capek dan kepala pusing, aku tak dapat menemukan penyebabnya.
Entah ini satu kebetulan atau apa namanya, ketika sedang bingung-bingungnya mencari penyebab kenapa semua akun media sosialku diblokir oleh Dara, aku mendapat sebuah email yang mengingatkanku kalau aku mempunyai akun Facebook lain yang berteman dengan Dara. Tanpa menunda, kubuka browser dan segera masuk menggunakan akun itu. Begitu membuka profilnya, aku pun menemukan penyebabnya kenapa semua kontakku diblokirnya saat melihat status terakhirnya.
Baca juga: Dia Yang Kusayang
"Bila Status Ini Mendapat 1000 Komentar dan 100 Tanggapan, Aku Akan Mengganti Foto Profilku Dengan Foto Orang Yang Saat Ini Aku Sayangi."
"Oh rupanya ia sudah berpindah ke lain hati," aku membatin.
Mungkin ini karena salahku sendiri yang selalu batal mengunjunginya, sehingga ia merasa aku tak serius menjalin hubungan dengannya dan hanya memberinya janji-janji palsu.
Setelah memblokir semua kontakku, Dara juga tak begitu aktif lagi di Facebook. Terkadang ia hanya online untuk memberikan satu dua komentar atau like saja, tetapi di WhatsApp ia masih sering online. Hal itu kutahu ketika aku pura-pura menanyakan tentang dirinya kepada Shanty dan Bayu.
Dugaanku bahwa Dara sudah berpindah ke lain hati semakin meyakinkan. Aku yakin ia jarang aktif di Facebook karena dilarang, sebab aku mengenal sifatnya yang selalu menuruti perkataan dan kemauan orang yang sedang disayanginya. Maka aku pun mulai mencoba melupakannya.
**********
"Man, besok jadikan ikut aku pulang ke Banjarnegara?" tanya Arief, teman kerjaku ketika aku bertemu dengannya di dalam sebuah lift yang membawa kami naik ke lantai atas tempat kami berdua bekerja.
"Jadilah, kan aku sudah mengambil cuti kalau sampai nggak jadi bisa mati bego aku di rumah, Rief. Dan aku juga ingin tau keramaian pesta pernikahan di Banjarnegara itu seperti apa. Selama ini aku belum pernah menghadiri pesta pernikahan di sana, Rief," jawabku.
"Oke, Man. Kalau jadi, nanti aku kenalin kamu sama saudara sepupuku. Barangkali aja kamu berjodoh dengannya."
"Lha, kan sepupu kamu besok mau nikah kok malah mau dikenalin ke aku, bisa digebukin orang sekampung aku, Rief?"
"Bukan yang mau menikah yang mau aku kenalin, tapi sepupuku yang lainnya, Man. Cuma dia tak secantik gadis kota, maklumlah dia cuma gadis kampung biasa."
"Oh, bolehlah... Walau gadis kampung, menurutku gadis-gadis Banjarnegara itu cantik-cantik. Aku pernah..."
"Pernah apa, Man? Kok nggak diterusin?"
"Pernah ke Banjarnegara, tepatnya pernah lewat sana dan melihat gadis Banjarnegara, Rief." Huff... hampir saja aku keceplosan mengatakan kalau aku pernah menjalin hubungan dengan gadis asal Banjarnegara.
"Oke, Man. Besok aku jemput kamu di rumah selepas Ashar."
"Oke."
Pas keluar dari lift kami pun berpisah menuju ruang kerja masing-masing, walaupun satu tempat kerja aku dan Arief berbeda bagian.
**********
Esok sorenya, sebuah mobil berjenis MPV warna hitam berhenti tepat di depan rumahku. Seorang pemuda turun dari dalam mobil, lalu memberi salam.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam," aku langsung menjawabnya, karena aku memang sudah menunggu kedatangannya.
"Siap berangkat, Man."
"Siap, Rief. Sebentar aku pamit dulu sama we w orang tuaku."
Aku pun masuk ke dalam untuk pamit kepada orang tuaku. Kembali keluar dengan menenteng sebuah tas punggung, yang berisi beberapa lembar pakaian untuk salin.
"Cuma bawa itu aja, Man?" tanya Arief.
"Iya, memang mau bawa apalagi?"
"Kirain kamu mau bawa rumah juga," kelakar Arief.
"Bolehlah kalau bisa," balasku sambil tertawa.
Aku dan Arief berjalan menuju mobil. Arief menyuruhku duduk di bangku depan untuk menemaninya menyetir. Di bangku belakang aku melihat kedua orang tuanya, adik perempuannya, dan seorang gadis muda yang baru pertama kali kulihat.
Kunci kontak dimasukkan, mesin distarter, dan mobil pun berjalan pelan membawaku menuju salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah, Kabupaten Banjarnegara.
Bersambung ke: Dara, Gadis Dunia Maya (#2)