Sepenggal Kisah Dunia Maya (#3) - Cerbung

Sepenggal Kisah Dunia Maya (#3) - Cerbung




Sepenggal kisah dunia maya (#3) - cerbung


Kalimat Salma itu membuat Reihan sedikit terhenyak. Alasan? Reihan tertawa dalam hati. Memang, ada alasan yang tak pernah bisa kalian pahami. Aku ingin bermain dan membuat bingung kalian... hihihi."

Agus membalas dengan cepat, "Sal, ini soal kejujuran. Kalau dia memang teman kita, kenapa tak mau mengakui? Kalau memang dia nggak mau bicara dengan kita, bilang aja langsung."

"Kalian tidak mengerti... Ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan begitu saja." Balas Reihan.

Salma kembali menimpali, "Kalau ada masalah, bisa kita bicarakan. Kenapa harus bersembunyi, Rei?"

Agus, yang tak mau kalah, kembali membalap lagi, "Lu tau nggak, semakin lu menyangkal, semakin jelas kalau lu itu Reihan. Ayo, keluar aja, Rei. Buat apa sembunyi? Apa yang lu takutkan?"

Reihan terdiam, dia membiarkan kursornya berkedip-kedip tanpa henti. Apa yang dia takutkan? Tak ada yang ia takutkan, ia hanya ingin bermain-main saja.

"Baiklah, hari sudah hampir tengah malam dan gue butuh istirahat besok gue harus bekerja jadi kita sudahi aja perdebatan ini, terlepas lu, Reihan atau bukan gue minta maaf kalau ada kata-kata gue yang menyakiti hati lu. Selamat malam dan selamat beristirahat." Komentar Agus berpamitan.

Reihan melirik ke sudut kiri atas ponselnya, dia melihat angka 22:41. "Ah, tak terasa ternyata sudah malam hampir jam sebelas, padahal sedang seru-serunya dia berdebat dengan Agus, jadi terhenti," ucap Reihan pelan.

Reihan kembali melihat aplikasi Facebook yang masih terbuka di ponselnya, tak ada lagi komentar yang masuk. Reihan menunggu beberapa saat namun tetap hening tak ada satu pun suara notifikasi dari Facebook.

Akhirnya Reihan pun menutup aplikasi Facebook dan memutuskan untuk istirahat karena ia besok juga harus kembali bekerja.

*********************************

Senin sore, setelah seharian sibuk bekerja Reihan membuka aplikasi Facebook walau dia melihat tak ada satu pun notifikasi komentar yang masuk. Reihan lalu membuka statusnya dan mengetik sesuatu di kolom komentarnya. Namun, belum selesai dia mengetik dia menghapusnya lagi lalu Reihan beralih ke Messenger. Ketika Messenger terbuka terlihat pesan dari Nurul yang belum dibukanya. Di cuplikan pesan dia membaca *Ahh, Abang menge...."

Namun Reihan tidak membuka pesan dari nurul, dia menekan tiga garis yang ada di sudut kiri di sebelah kata obrolan, setelah muncul beberapa pilihan dia lalu menekan permintaan pesan, ketika permintaan pesan terbuka hanya ada satu pesan yang masuk, pesan dari Lina. 

"Lina...." Suara Reihan bergetar ketika menyebut nama itu, nama yang selama ini cuma berani dia kagumi dari kejauhan.

Reihan memang sangat akrab dengan Lina di Facebook, bahkan beberapa kali Reihan memprivasikan statusnya hanya untuk Lina agar ia bisa leluasa berbicara dengan Lina. Sudah lama ada keinginan Reihan untuk mengirimkan Lina pesan namun ia belum berani melakukan. Kini malah Lina yang mengirimkan ia pesan betapa gembiranya ia. Langsung dibukanya pesan itu, isi pesannya sederhana hanya sebuah pertanyaan ringan,"Abang, Abang belum tidur kan?"

Namun, bagi Reihan, pesan sederhana itu seperti sebuah jendela yang terbuka, terbuka ke dunia yang selama ini ia impikan. Dengan jari jemari yang sedikit gemetar, Reihan membalas pesan dari Lina, “Belum lah, kan masih sore.. hehehe.”

Cukup lama juga Lina baru membalasnya, “Hmm… coba dilihat jam berapa itu aku kirim pesannya."

"Oh, pesannya dikirim semalam ya. Maaf dah baru lihat soalnya..hehehe. Tumben kirim pesan, ada apa nih?"

Butuh beberapa detik sebelum balasan datang. “Hmm… gak papa, aku cuma pengen ngobrol aja. Udah lama kita komen-komenan, tapi nggak pernah ngobrol langsung, iya kan?”

Reihan tersenyum. Ada percik kebahagiaan di hatinya. Dia pun kembali membalasnya, "Iya juga, ngga terasa kita udah lama saling komen-komenan, kalau Abang ngga salah ingat dari awal Maret."

"Awal Maret, ya? Kok Abang bisa ingat sedetail itu? Hehe, perhatian banget, sih."

Reihan tersenyum tipis. Rasa canggung beradu dengan keberaniannya, masih dengan jari-jari yang masih agak gemetar Reihan kembali mengetik pesan, "Bukannya perhatian, kan itu kalau ngga salah ingat.. hehehe. Waktu itu Abang senang banget bisa ngobrol sama Lina, meski cuma lewat komentar."

"Udah gak usah malu, Bang, kalau Abang perhatian sama aku. Gak ada yang tau ini, hehe. Dan aku juga senang kok kalo diperhatiin sama Abang."

Membaca balasan dari Lina, Reihan merasakan udara di sekelilingnya terasa lebih hangat, membuatnya seolah lupa akan penat dan lelah akibat pekerjaan. Dengan jantung yang agak berdebar dia kembali mengetik, “Lina, Lina tuh… kok tahu aja sih caranya bikin Abang deg-degan.”

“Aku bikin Abang deg-degan? Wah, gak nyangka ternyata aku punya efek kayak gitu. Jadi selama ini Abang diam-diam suka deg-degan gitu ya tiap kali lihat komentar dari aku?”

"Iya, mungkin gitu,” balas Reihan, lalu menghela napas panjang seakan mengumpulkan keberanian, “Jujur aja ya, dari awal Abang udah merasa Lina itu spesial. Abang gak tahu, cuma rasanya beda aja kalo ngobrol sama Lina.”

Balasan Lina datang cepat. “Aduh, jadi tersanjung aku, Bang. Tapi aku senang kok denger itu dari Abang. Sebenarnya......"

Reihan menunggu dengan napas tertahan, berharap kata-kata dari Lina melanjutkan pengakuan manis itu. Namun, beberapa detik berlalu tanpa balasan. Hatinya mulai resah, campuran antara rasa penasaran dan harapan memenuhi benaknya.

Detik berganti menit, dan beberapa menit pun berlalu tetapi Lina belum juga melanjutkan perkataannya membuat Reihan semakin resah dan jantungnya berdegup kencang. Akhirnya Reihan pun membalas pesan Lina, "Sebenarnya apa, Lin?

Namun balasan dari Lina tak muncul juga. Lebih dari sepuluh menit Reihan menatap layar ponselnya, dia melihat tanda online Lina masih menyala tapi kenapa Lina tak membalas pesannya. Setelah hampir setengah jam balasan dari Lina tak muncul juga, Reihan pun menutup aplikasi Messenger-nya.

*********************************

Menjelang Isya satu notifikasi pesan masuk berbunyi dari ponsel Reihan yang di letakkan di atas meja di kamar tidurnya, Reihan yang baru saja masuk kamar sehabis dari kamar mandi langsung mengambil ponselnya dan dia berharap pesan yang baru masuk itu pesan dari Lina. Tapi harapan Reihan pupus, pesan yang baru masuk itu bukan dari Lina tapi dari Salma.

Reihan tidak langsung membuka pesan dari Salma, dia menatap layar ponsel sesaat berharap masuk notifikasi yang baru lagi notifikasi dari Lina tetapi tetap sunyi. Perlahan Reihan menarik napas lalu dia membuka pesan dari Salma, Assalamu'alaikum. Maaf, saya menggangu. Apakah kamu benar bukan Reihan?

Reihan tertegun membaca pesan dari Salma. Pertanyaan yang sederhana, tapi cukup untuk membuat pikirannya berkecamuk. Apakah ia harus mengakuinya ataukan terus melanjutkan permainannya.

Reihan melihat tanda hijau masih menyala yang menandakan kalau Salma masih online dan menunggu balasan darinya. Reihan langsung membalas, "Memang kenapa kalau aku ini Reihan atau bukan Reihan?"

Salma langsung membalas pesan Reihan dengan cepat, seakan-akan sudah menunggu di depan layar. “Kok jawabannya sinis begitu, maaf dah kalau saya benar-benar mengganggu. Dan ternyata kamu memang bukan Reihan."

Reihan menghela napas panjang, sejenak memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya.

"Kamu tau dari mana kalau aku bukan Reihan?"

Salma membalas cepat. "Saya tau dari caramu membalas pesan. Seharusnya, kalau kamu itu Reihan, kamu tak akan menjawab seperti itu, Reihan orangnya lebih sopan dan ramah."

"Oh begitu, jadi si Reihan itu lebih sopan dan ramah ketimbang aku. Lalu kenapa dia sampai menutup akun Facebooknya dan membuat teman-temannya menyalahkan diri mereka."

“Saya tidak tau kenapa dia menutup akunnya, tapi yang saya tau, Reihan itu tidak akan bersembunyi di balik nama orang lain hanya demi mendapatkan perhatian.”

Reihan menghela napas panjang, merasa dadanya sesak. Ia sadar kata-kata Salma benar, tapi hatinya menolak menyerah begitu saja. Sebelum membalas, ia berpikir, mencoba mencari alasan yang bisa meredam kecurigaan Salma agar ia bisa melanjutkan permainannya mengerjai Salma.

"Aku bersembunyi dibalik nama orang lain demi mendapatkan perhatian katamu, memang nama siapa yang aku pakai dan perhatian siapa yang ingin aku dapatkan,"

"Nama yang kamu pakai, nama Reihan dan perhatian yang ingin kamu dapatkan adalah perhatian dari kami, teman-temannya Reihan."

"Aku memakai nama Reihan, apakah kamu tidak salah. Kamu dan teman-temanmu itu yang memanggilku Reihan bukan aku yang mengaku kalau aku ini adalah Reihan. Bahkan temanmu, Agus, sampai memaksa ku untuk mengakui kalau aku adalah Reihan, Dan satu lagi aku juga tak pernah mencari perhatian kamu dan teman-temanmu."

Salma tidak segera membalas pesan Reihan. Beberapa detik berlalu, dan meskipun tanda online di layarnya tetap menyala, Salma memilih untuk diam. Reihan tetap menatap layar ponselnya menunggu balasan dari Salma.

Sekian menit berlalu tak ada balasan dari Salma. Dalam hati Reihan berkata, "akhirnya menyerah juga dia.. hihihi."

Namun, beberapa detik setelah Reihan berpikir demikian, layar ponselnya kembali menyala. Salma membalas pesannya, " Kamu memang tidak mengakui kalau kamu adalah Reihan tapi secara tidak langsung kamu mengaku sebagai Reihan lewat status Facebook-mu itu dan juga lewat statusmu itu kamu mencari perhatian dari saya dan teman-teman saya."

"Hahaha.. Salma, Salma... kamu itu terlalu naif. Apakah statusku itu aku khususkan untuk kamu dan teman-temanmu.. hahaha. Coba kamu lihat lagi status yang aku posting itu untuk siapa, itu untuk publik dan asal kamu tau saja, teman-teman Facebook-ku bukan cuma kamu dan teman-temanmu itu. Oh iya aku baru ingat banyak teman-temanmu yang baru berteman dengan ku setelah status itu aku posting. Apakah kamu masih mau mengatakan kalau aku mencari perhatian kamu dan teman-temanmu itu?"

Salma terdiam lagi, kali ini lebih lama dari sebelumnya. Reihan merasa seolah waktunya berhenti, jantungnya berdetak lebih cepat, menunggu balasan yang entah datang atau tidak.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, akhirnya pesan dari Salma muncul juga.

"Kamu benar, saya yang terlalu naif, kamu memang bukan Reihan, teman saya dan saya mengaku salah telah menuduhmu bersembunyi dibalik nama Reihan untuk mencari perhatian saya dan teman-teman saya, saya minta maaf atas semua itu dan maaf juga karena telah mengganggu waktu istirahatmu."

"Tak masalah, Sal. Dan tak perlu merasa bersalah, semua ini mungkin hanya satu kesalahpahaman saja."

"Baiklah saya pamit dan saya berharap kita bisa berkirim pesan lagi. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Reihan melihat titik hijau di foto Salma sudah menghilang yang menandakan Salma sudah offline. Reihan tertawa kecil, ia merasa ada kepuasan tersendiri saat berhasil mengerjai Salma. "Maafkan aku, Sal,'" Reihan bergumam pada dirinya sendiri.




Bersambung

Komentar

  1. Reyhan masih main petak umpet saja nih, sepertinya sampai ganti presiden juga masih ngumpet.😁

    Abang, Abang sudah tidur belum?

    Belum lah, masih sore hihihi

    Hmmm coba diliat jam berapa aku kirim pesan.

    Jadi ingat percakapan dengan seseorang yang mirip

    Gus, kapan kamu bayar utang?

    ...

    Utang aku berapa bang Herman?

    Udah lupa, lagian kamu balas pesan 4 tahun yang lalu.

    😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Santai aja, stok ceritanya masih cukup buat sepuluh episode lagi..wkwkwk

      Hapus
    2. Tapi kan sekarang sudah ganti presiden, kok belum ada episode empat nya? 🤔

      Hapus
    3. Lagi disusun huruf-huruf, soalnya masih berserakan di halaman.. wkwkwk

      Hapus
  2. Avakah Reihan sengaja begitu untuk penarik perhatian Lina gadis yang disukainya?

    BalasHapus
  3. jadi keinget masa masa Facebook baru muncul, dimana ras ras terkuat belum pada bermunculan. zamannya seru fb an sihitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang Facebook didominasi sama ras terkuat plus generasi strawberry.

      Hapus
    2. kini tinggal kenangan, Facebook yang sekarang tidak seperti dulu lagi

      Hapus
    3. Emangnya bedanya apa dulu dan sekarang kang? Sudah lama ngga main FB soalnya. Apa sekarang bayar ya?

      Hapus
    4. sekarang mah banyak iklan, banyak konten yang masuk sembarangan ke beranda. kalo dulu fb ibarat rumah, sekarang fb itu kayak pasar

      Hapus
    5. Benar banget beranda Facebook sekarang udah kayak pasar banyak yang jualan, banyak iklan dan banyak status yang bukan teman yang nongol di beranda.

      Hapus
  4. Keisengan di dunia maya.
    Saat-saat awal, di facebook, terasa indah, belakangan, jadi banyak pergeseran
    Kenangan indah buat Salma, "Reihan:, dan dkknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Facebook sekarang udah kayak pasar malam, isi beranda kebanyakan pada jualan, udah kurang seru main Facebook sekarang.

      Hapus
    2. makanya zaman sekarang video pendek lebih laku karena udah pada males liat konten konten tulisan 😌

      Hapus
  5. Aduh, kurang serem dan kurang seru jailnya
    Beda di era yahoo mesenger hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penampakan eh penasaran, ceritain gimana serunya yaho messenger.😅

      Hapus
    2. Di yahoo messenger, jailnya saya cuma cuma ngacak-ngacak room sama nyamar pakai nama perempuan..wkwkwk

      Hapus
    3. Jadi ingat pertama kali di mywapblog pakai nama blog sarilah, kadang dipanggil teteh.😅

      Hapus
  6. sudahlah reihan akhiri saja permainanmu, kita sudah tau 🤣

    BalasHapus
  7. wah kuat juga ya reyhan menimpali obrolan dengan teman temannya yang jumlahnya banyak...liat jam sampe malam. tapi nuansa cerpen yang ini agak tegang ya. aku sendiri lebih menikmati cerpen cerpen romance yang sebelumnya...lebih lembut aja alurnya. Kalau yang ini meski kayak biasanya cerpen mas herman itu baik susunan katanya, tapi ada nuansa tegangnya...hahhahah...kalau kutebak mungkin temen temennya sebenernya sayang sama si reyhan dan ga pengen pertemanan itu jadi ga kayak dulu, berkufang keakrabannya ...cuma iya itu reyhan kan ada alasan tersendiri kenapa dia gitu dan mungkin dia lagi pengennya cuma ngobrol sama 1 orang aja iyaitu lina, jadi pas yang nyapa bukan lina reyhannya kecewa wkwkkw......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya pengen dibuat ada sedih-sedihnya tapi bingung nyari kata-katanya. Mungkin nanti di part 4 baru dibikin romance.

      Hapus
  8. Kenapa si Rayhan demen banget main kucing"an dan nyamar sii...lama juga ya dia bertahan...sangking lama gak main FB sampe lupa tanda chat di FB itu ada notif warna ijo ya kalo lagi online?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemungkinan Reihan itu agen FBI atau CIA, makanya suka nyamar.🤣

      Hapus
    2. Ngga nyamar cuma berkelit aja..wlwkwk

      Hapus
  9. Gigih menyamar karena agen rahasia ❎

    Gigih menyamar karena ada cewek yang disukai nya ✅

    BalasHapus

Posting Komentar

Post Yang Paling Banyak Dibaca

Rindu Yang Tak Terjawab - Cerpen

Ancaman Yang Bikin Tersenyum - Cerpen

Sepenggal Kisah Dunia Maya (#2) - Cerbung

Ratih, Secantik Dewi Ratih - Cerpen