Dia Yang Kusayang (#3) - Cerbung

Dia Yang Kusayang (#3) - Cerbung




dia yang kusayang (#3) - cerbung
Sumber gambar google.com diedit oleh Hermansyah


Rima tidak langsung menjawab dia terdiam sesaat, ada keraguan untuk mengatakan hal yang sebenarnya kenapa dia sampai diminta oleh orang tuanya untuk segera pulang.

"Kok diam?"

"Kalau Rima bilang terus terang apa Abang mau temani Rima pulang ke kampung?"

"Kalau alasan Rima pulang kampung nanti sore memang sangat penting akan abang usahakan untuk menemani Rima walau abang sudah ada janji penting sama teman nanti malam. Tapi, kalau bisa ditunda sampai hari Sabtu atau Minggu abang pastikan abang bisa menemani Rima pulang."

"Serius! Bang?"

"Serius! Apa yang serius, Ma? Apa ada masalah yang serius di kampung?" Tanya Dani menegaskan.

"Maaf, Bang. Maksud Rima apa Abang benaran serius mau menemani Rima pulang kalau pulangnya di hari Sabtu atau Minggu?"

"Abang serius, Ma. Kalau Rima mau menunda pulangnya di hari Sabtu atau Minggu, Abang janji akan menemani Rima pulang."

"Alhamdulillah, terima kasih, Bang," ucap Rima senang.

"Terima kasih! Terima kasih untuk apa, Ma perasaan abang tidak memberikan Rima sesuatu kok Rima bilang terima kasih?"

"Terima kasih karena Abang berjanji mau menemani Rima pulang."

"Jangan berterima kasih dulu bisa aja Abang nanti ingkar."

"Selama dekat sama Abang sedikit banyak Rima tau sifat Abang, Abang berjanji akan menemani Rima pulang Rima yakin Abang pasti akan menepati janji Abang kecuali ada hal yang tak terduga yang menghambatnya makanya Rima bilang terima kasih."

Dani terdiam dan dipandanginya wajah Rima, gadis manis yang telah mengisi hatinya, wajah gadis itu sudah terlihat ceria dan tak murung lagi. Rima mengelus lembut tangan Dani yang sedari tadi memeluk bahunya. Seketika Dani tersadar dan melepaskan pelukannya lalu dia berkata, "Abang pamit dulu mau mengantarkan koran-koran yang masih tersisa ini ke pelanggan yang lain takut nanti telat, Ma."

"Ya sudah jalan sana nanti kalau telat Abang bisa diomelin oleh para pelanggan."

"Tak apa-apa sih diomelin para pelanggan yang penting gadis manis yang ada di samping Abang ini sudah bisa tersenyum lagi."

"Mulai dah ngegombalnya. Sudah sana jalan, Rima juga mau masuk meneruskan pekerjaan Rima yang belum selesai, Bang."

"Oke deh Abang pamit. Assalamualaikum.."

"Wa'alaikumussalam.."


=============== ( *___* ) ================


Beberapa tahun berselang di salah satu sudut kota Jakarta terlihat seorang pemuda berjalan santai menelusuri sebuah jalan yang tidaklah begitu lebar, jalan yang hanya cukup untuk dua jalur mobil saja. Pemuda itu berjalan menuju ujung jalan yang jaraknya hanya tinggal beberapa meter saja. Ujung dari jalan itu merupakan persimpangan bertemunya jalan itu dengan jalan arteri. Di ujung jalan yang berupa simpang tiga itu terlihat beberapa pengojek online sedang menunggu datangnya orderan.

"Tumben jalan kaki motornya ke mana, Dan?" Sapa salah seorang pengojek online yang bernama Arif kepada pemuda itu ketika pemuda itu sampai di ujung jalan.

"Motor saya sedang dipinjam sepupu mengantarkan orang tuanya ke pasar, Rif," jawab si pemuda yang bernama Dani.

"Memangnya elu mau ke mana?"

"Mau main ke rumah teman mumpung libur."

"Mau gue anter, Dan?"

"Nggak usah repot-repot, Rif. Biar saya naik angkot aja lagi pula rumahnya juga nggak begitu jauh, dari sini hanya sekali naik angkot kalau diantarkan cuma buat repot aja."

Sambil menunggu angkot yang biasa lewat di persimpangan jalan tersebut Dani mengobrol dengan Arif dan pengojek online lainnya. Hampir semua pengojek online yang sering berada di ujung jalan itu dikenal oleh Dani karena rumah Dani letaknya tak begitu jauh dari ujung jalan selain itu para pengojek online yang biasa berada di situ kebanyakan orang dari lingkungan tempatnya tinggal.

Lebih dari setengah jam angkot yang ditunggu oleh Dani baru terlihat. Dia pun segera memberikan isyarat tangannya untuk menyetop angkot tersebut dan angkot itu pun menepi dan berhenti tak jauh darinya.

"Oke semua saya tinggal dulu."

"Kalau perlu jemputan telpon aja, Dan," ucap Arif.

Dani mengangguk dan dia pun segera naik ke atas angkot dan duduk di bangku di dekat pintu dan angkot kembali berjalan. Di dalam angkot Dani melihat hanya ada tiga orang penumpang saja, seorang lelaki paruh baya yang duduk di belakang sopir tepat di depannya dan seorang wanita bersama seorang anak kecil yang duduk di pojok belakang di bangku yang sama dengan lelaki paruh baya.

Dani sekilas memperhatikan wanita yang duduk di pojok belakang angkot, wanita itu mengenakan T-shirt lengan panjang warna putih dan celana panjang warna coklat muda serta berjilbab yang senada dengan warna T-shirt-nya, wajah wanita itu tak terlihat karena dia menghadap ke kaca belakang angkot. Kedua tangannya memegangi pinggang si anak kecil yang berdiri di atas bangku dan juga sedang menghadap ke kaca belakang angkot.

Angkot terus berjalan ketika sampai di depan sebuah pasar tradisional angkot berhenti dan lelaki paruh baya itu pun turun dan kini di dalam angkot hanya tersisa tiga orang penumpang, Dani yang duduk di dekat pintu dan seorang wanita yang duduk di pojok belakang bersama seorang anak kecil yang mungkin usianya baru setahunan yang berdiri di atas bangku yang pinggangnya sedang dipegangi oleh si wanita.

Dani yang duduk di dekat pintu menggeser dan merubah duduknya sedikit kini dia menghadap ke pintu, matanya memandang ke pinggir jalan melihat-lihat suasana yang ada.

"De, lihat itu ada badut lucu!" Wanita yang duduk di pojok belakang angkot berkata sambil menunjuk ke seorang badut yang sedang beraktraksi di depan sebuah mini market.

Seperti mendengar ledakan bom dengan kekuatan daya ledak setara jutaan ton TNT kekagetan Dani ketika mendengar suara bicara wanita yang duduk di pojok belakang angkot, suara itu sangatlah dikenalnya. Dia kembali merubah posisi duduknya kini tak lagi menghadap ke pintu tapi menghadap ke pojok belakang angkot di mana si wanita itu duduk bersama si anak kecil. Matanya memperhatikan wanita itu dengan seksama dan ketika kembali dia mendengar wanita itu berbicara secara spontan dia menyebutkan satu nama.

"Rima!"

Mendengar ada yang menyebutkan namanya wanita yang duduk di pojok belakang angkot yang sedang memegangi pinggang si anak kecil yang berdiri di bangku langsung menengok ke arah sumber suara yang menyebut namanya. Wanita itu terkejut ketika melihat orang yang menyebutkan namanya, tangan kanannya refleks mengusap wajahnya, seperti tak percaya wanita itu mengusap wajahnya beberapa kali, matanya menatap tajam ke arah orang yang menyebutkan namanya yang sedang duduk di dekat pintu angkot yang kini melihat ke arahnya. Sekali lagi wanita itu mengusap wajahnya dan kali ini disertai dengan mencubit pipinya sendiri untuk memastikan benarkah apa yang dilihatnya kini atau itu hanya sekedar halusinasi. Wanita itu merasakan sakit di pipinya berarti yang dilihatnya bukanlah halusinasi.

"Abang..., Abang Dani. Benarkah yang Rima lihat ini Abang Dani?" 

"Benar, Ma. Ini abang," jawab Dani lalu dia pun menggeser duduknya dan kini Dani duduk berhadap-hadapan dengan wanita yang dipanggilnya Rima.

"Rima seperti tak percaya kalau yang sekarang ini ada di hadapan Rima adalah Bang Dani."

Rima pun mengulurkan tangannya mengajak Dani bersalaman dan mereka pun bersalaman.

"Gimana kabarnya, Ma?"

"Alhamdulillah sehat, Bang. Kalau kabar Abang gimana?"

"Alhamdulillah, Abang juga sehat, Ma. Abang tak menyangka bisa bertemu kembali dengan Rima setelah sekian tahun tak bertemu."

"Sama, Bang. Rima juga tak menyangka bisa bertemu kembali sama Bang Dani. Abang mau ke mana?"

"Ke rumah teman. Rima sudah menikah?"

Rima menatap Dani sebentar kemudian dia mendudukkan anak kecil yang sedari tadi berdiri di bangku mobil ke atas pangkuannya.

"Iya, Bang. Rima sudah menikah dan ini anak perempuan Rima namanya Rini, Bang."

"Oh...." Ucap Dani sambil menghela napas panjang dan mengembuskannya pelan-pelan. Ada rasa sesak di dadanya mendengar jawaban dari Rima.


=============== Baca episode sebelumnya : Dia Yang Kusayang (#1) dan Dia Yang Kusayang (#2) ===============


Rima seperti merasakan apa yang dirasakan oleh Dani karena dia pernah menjalin hubungan yang begitu dekat dengan Dani dalam waktu yang cukup lama. Hubungan dengan Dani waktu itu sudah seperti hubungan sepasang kekasih dan dia sempat berangan-angan akan menjalani hidup bersama Dani. Agar tak larut dalam suasana Rima mengalihkan pandangannya ke arah jalan setelah merasa agak tenang dia berkata, "Apakah abang masih ingat ketika Rima meminta abang untuk menemani Rima pulang ke kampung?"

"Abang takkan mungkin melupakannya, karena itu kali terakhir abang bertemu dengan Rima."

"Iya, Bang. Besok paginya sehabis sholat subuh Rima langsung berangkat untuk pulang ke kampung, Bang."

"Abang tau Rima pulang kampung, ibu pemilik rumah tempat dulu Rima bekerja yang memberitahu kalau Rima sudah pulang kampung waktu abang menanyakan Rima cuma yang sampai sekarang ini abang bingungkan kenapa Rima tak memberitahu kalau Rima sudah pulang kampung, telpon dan chat dari abang pun tak ada yang Rima balas."

"Maafkan Rima, Bang. Saat itu pikiran Rima lagi tak karuan, Bang. Setelah Abang pergi dan Rima masuk ke dalam rumah orang tua Rima kembali menelpon dan menyuruh Rima segera pulang. Rima sudah menjelaskan kalau nggak hari Sabtu hari Minggu Rima pasti akan pulang tapi orang tua Rima bilang sore nanti atau besok pagi Rima sudah harus pulang." Rima pun mulai bercerita..

"Beberapa kali orang tua Rima menelpon dan menyuruh untuk segera pulang tapi Rima bisa menolaknya dengan berbagai alasan sampai hari itu Rima akhirnya tak sanggup lagi menolaknya karena orang tua Rima menelpon dengan nada yang sangat marah dan juga disertai dengan ancaman."

Dani terdiam mendengarkan semuanya apa yang diceritakan oleh Rima.

"Abang tau nggak kenapa waktu itu Rima meminta Abang untuk menemani Rima pulang ke kampung?"

"Nggak tau, waktu itu kan Rima nggak bilang ke abang kenapa Rima meminta abang menemani Rima pulang."

"Sebenarnya waktu itu Rima meminta Abang untuk menemani Rima pulang ke kampung agar Rima bisa menolak perjodohan itu. Dan menunjukkan ke orang tua Rima kalau Rima sudah punya calon sendiri, Bang."

Dani kaget mendengar penjelasan dari Rima tentang alasannya kenapa ia minta ditemani pulang ke kampung dan Dani pun berkata, "Kenapa waktu itu Rima tidak berterus terang kepada abang hal yang sebenarnya yang menjadi alasan Rima meminta abang untuk menemani Rima pulang?"

"Rima bingung, Bang. Rima nggak tau apa Abang mencintai Rima atau nggak, walaupun hubungan kita saat itu sangat dekat tapi Abang belum pernah menyatakan perasaan Abang kepada Rima makanya Rima ragu untuk mengatakannya, Bang."

"Andai waktu itu Rima berterus terang kepada abang mungkin ceritanya akan lain, abang pasti akan menemani Rima pulang sore itu juga. Sejujurnya abang sangat mencintai Rima."

"Sekali lagi maafkan Rima, Bang. Sekarang semuanya sudah terjadi dan tak mungkin dapat dirubah kembali, Abang bukanlah jodoh Rima."

"Tak usah meminta maaf, mungkin kita berdua sama-sama salah dan kita memang tidak ditakdirkan untuk berjodoh dan Allah punya cara untuk memisahkan kita. Oh ya Rima sekarang tinggal di mana?"

Rima menyebutkan nama satu jalan

"Lho, jalan itu tadi kan sudah lewat, Ma."

"Iya bang, sudah lewat. Sebenarnya tadi Rima mau turun tapi nggak enak sama abang."

Mendengar itu Dani langsung mengetuk atap angkot sambil berkata, "Kiri, Bang."

Angkot pun menepi dan berhenti.

"Rima turun di sini saja mumpung belum begitu jauh dan biar ongkos angkot nanti sekalian abang yang bayar," ucap Dani.

Iya Bang. Sekali lagi Rima minta maaf, mau kan Abang memaafkan Rima?"

"Abang tegaskan sama Rima, Rima tak perlu meminta maaf sama abang sebab Rima tak punya salah dan kalaupun Rima memang ada salah abang sudah memaafkannya sebelum Rima memintanya."

"Terima kasih, Bang."

Sebelum Rima turun Dani mengambil dompetnya dan mencabut beberapa lembar uang kertas dan diberikannya uang itu kepada Rima.

"Ini ada sedikit uang buat Rini jajan, Ma."

"Nggak usah, Bang." Rima menolak halus uang pemberian dari Dani.

Dani memegang tangan Rima dan mencekalkan lembaran uang itu ke telapak tangan Rima dan berkata, "Ambil, Ma. Abang akan marah kalau Rima menolak pemberian abang ini."

Mau tidak mau akhirnya Rima menerima juga uang pemberian Dani karena Dani memaksanya untuk menerima uang itu dan dia juga tak mau kembali menyakiti hati Dani dengan menolak pemberiannya. Sebelum turun Rima berkata, "Terima kasih, kapan-kapan kalau ada waktu main ke rumah Rima, Bang."

"Insya Allah, Ma."

Rima pun turun dari angkot dan angkot kembali berjalan. Dani memandangi Rima sampai orang yang pernah mengisi hatinya itu tak terlihat lagi olehnya dan di dalam hatinya dia berdoa, "Semoga Allah melanggengkan pernikahanmu, wanita yang pernah mengisi hatiku."



Tamat


=============== Baca juga cerita lainnya : Rasa Yang Telah Terbunuh ===============

Komentar

  1. Oh Noooo.. tampaknya terjadi miss communication, hihi.

    Tak ada perjuangan, Rima pasrah begitu saja, begitupun dgn Dani.

    Why why..

    Harusnya Dani mengamuk, buka baju dan memperlihatkan huruf "S" didadanya dan melemparkan angkot itu 🤣🤣

    Tapi salut sama ketegeran mereka berdua, begitu seharusnya cinta sejati, tetap tegar meski tak harus memiliki 😭😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin Rima bukan pasrah tapi dia melawan kehendak orang tuanya. Kalau Dani kehilangan kontak jadi dia tak bisa berbuat apa-apa tapi bukannya pasrah.

      Parah amat ngamuknya sampai-sampai angkot jadi sasaran.. wkwkwk

      Hapus
    2. Kok bisa Dani kehilangan kontaknya Rima, berarti sebenarnya Dani tidak ada perasaan sama Rima ya, soalnya kalo cinta pasti kontaknya bukan cuma disimpan di hape, tapi juga dicatat di sinkronisasi google, terus diingat dalam hati.

      Nah, kemungkinan jaey, calon suami Rima tahu kalo calon istrinya itu punya pacar jadinya suruh buang kartu Axis nya, bahkan hapenya juga diganti dengan J-phone, makanya Dani jadi kehilangan kontaknya.😄

      Hapus
    3. Iya gregetan angkot jadi sasaran 🤣

      Iya betul itu, buang kartu dan ganti hp, kok bisa betul, terawangan Mbull juga kah itu 🤣

      Hapus
    4. nah ternyata cctvnya adalah j-phone kah..makanya axisnya disuruh buang wkwkkw

      o berarti kalau urusan yang nerawang nerawang itu mbul jago gitu ya wkwkw

      Hapus
    5. Tapi endingnya ngga terduga kan..hihihi

      Hapus
  2. Yah endingnga nyesek banget.
    Tapi namanya belum jodoh,
    Klo uda jodoh pasti jadi,
    Nyesek sih tapi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya begitulah kalau belum jodoh yang ada cuma nyesek aja..hihihi

      Hapus
  3. Terawangan suhu mbul tepat ya, ternyata Rima pulang kampung hendak dijodohkan dengan Jaey tapi sayangnya Rima sukanya dengan Dani. Tapi Rima nya tidak berterus terang, coba kalo terus terang mungkin terang terus kayak Philips.😆

    Menurut terawangan suhu mbul juga, nama anaknya Rima itu Rini, singkatan dari RIma dan daNI. Apakah benar hu? 🤔

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terawangan Mbull selalu benar, amazing 😅

      Hapus
    2. kok suhu? suhu panas..pa suhu dingin mas agus? hmmmm...memang si Mbul kalau urusan nebak skenario cerita itu uda ga diragukan lagie....cocok direcruit rumah produksi, misal ftv...asal bukan punyanya the lord kk hahahhaha #kabooorrr

      Hapus
    3. emejing dong mas jaey...kan gurunya banyak...wkwkw

      Hapus
    4. Wah gurunya banyak, siapa aja tuh.

      Doraemon dan Conan termasuk gurunya juga bukan 😅

      Hapus
    5. Termasuk juga Eny Arrow.😆

      Kabor 🏃💨

      Hapus
    6. Kabur kemana mas, Tiwi akan menemukanmu 🤣

      Hapus
    7. Kabur ke Jakarta ngumpet di rumah mas Herman, 😅

      Hapus
    8. kalau ke tempat mas herman ntar dijamunya dodol betawi mas agus

      tiwi cuma mau sangu aja kok mas jaey ga gigit wkwkkw

      Hapus
    9. Dodol Betawi udah habis adanya tinggal geplak..wkwkwk

      Hapus
    10. Geplak kalo orang Jawa itu artinya pukul mas.😂

      Hapus
    11. itu g kalik bukan k....geplak mas bukan keplak wkwkwkk

      Hapus
    12. Sama sajalah, keplak sama geplak.😂

      Hapus
  4. waduuuhhhh...ngenes banget endingnya ya mas her...hohoho

    itu apa Rima ga gelo ning ati, padahal sebelumnya uda kode keras agar ditemani si Dani karena berharap dani yang akan ia perkenalkan ke ortunya, tapi si Daninya kok kurang peka sih...hahhahaha..gregetan pembaca wkwkwk, dia ga jadi temani pulkam dong ya...aduuuuh kenapa bisa begitu...nyesal kan jadinya wkwkw

    akhirnya si Rima dijodohkan dengan pilihan ortunya, dan saat ketemu beberapa tahun kemudian jadinya awkward moment ya...si daninya masih jomblo dong...hahhaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ending-nya ngga ngenes ngga seru..hihihi

      Mungkin program otak Dani belum sampai ke situ makanya jadi ngga peka..hihihi

      Tenang aja di cerita berikutnya si Dani balas dendam..hihihi

      Hapus
    2. wah mainnya sekarang dendam dendaman hak wkwkwk...jangan jangan abis ini mau mepet iis atau linawati, devi, tapi tetep ujung ujungnya mbak ningsih wkwkkw

      Hapus
    3. Kalo Ningsih kayaknya tokoh utamanya khusus mas Herman.😅

      Hapus

  5. Hati2 Bang. Ntar terperangkap CLBK. Rima udah ada lakinya. He he .... Selamat malam, terima kasih telah berbagi cerita, Mas Hermansyah.

    BalasHapus
  6. Saya jadi ikut merasakan dahsyatnya Boom ketika Dani langsung menyebut nama Rima.
    Untung dani gk mau di antar ojek online jadi tak terduga bisa ketemu sama Rima, tapi.... kog bawa anak kecil oh noooo....

    BalasHapus
  7. Ending yang mengucrak2 hati..
    Padahal sama2 saling mencintai. Tapi sepertinya Semesta tidak mengizinkan mereka untuk bersatu..

    Selamat untuk Rima.. pukpuk untuk Dani.. yang sabar ye.. cewek lain masih buanyakk. Ahah 🤣

    BalasHapus
  8. Ending percintaannya dramatis, di tambah lagu yang terdengar makin dramatis dan bikin baper 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untungnya cuma bikin baper ngga bikin laper..hihihi

      Hapus
  9. Dani baik hati. Orang yang dia cintai nikah dengan orang lain, dia ikhlas. Bukan malah, "ku tunggu jandamu." ✌️😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mendingan diikhlaskan kalau tunggu jandanya belum tentu sempat..

      Hapus
  10. Balasan
    1. Ngga begitu sedih juga sih..hihihi

      Hapus
    2. aku kok ngakak ya baca ini..parah mas her hahahha

      Hapus
    3. Betul, ngga terlalu sedih kok, paling habis tisu satu pak doang.😅

      Hapus
  11. Wah, sedih banget deh. Emang lho, cewek suka nggak bilang maunya apa. Coba bilang kalo dia pengen menunjukkan cowoknya ke kedua orang tuanya biar berjodohan dihentikan, pasti ceritanya akan lain.

    Tapi, cowok atau cewek kayaknya sama-sama suka memendam perasaan suka / sayang mereka sih. Nah, dengan gitu akhirnya nggak saling ketemu titik temunya. Ya nggak sih?

    Kok aku jadi curhat. Wkwkwk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ngga cowok ngga cewek memang memang suka memendam rasa mungkin itu memang sudah sifat bawaan dari lahir..hihihi

      Hapus
  12. endingnya nyesek banget, kasian deni sepertinya masih mencintai rima :D.... tapi emang gak berjodoh ya mereka.. atau mereka berjodoh setelah rima menjanda :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga nyesek kok, cuma rada shock dikit..hihihi

      Hapus
  13. sering kali cewek gitu
    ga jujur tentang kondisi yang ada
    makanya paling enak emang kadang sedikit menginterogasi apa maunya sebenarnya
    ketimbang nyesek kayak gini :D

    BalasHapus
  14. hiks, ternyata endingnya mereka nggak ditakdirkan bersama, mereka hidup bahagia dengan pilihannya masing-masing
    semoga bang Dani menemukan jodoh terbaiknya

    BalasHapus
  15. Ceritanya sediiiiih , tapi salut Ama keikhlasan Dani 👍. Baguuus mas ceritanya, endingnya bikin terharu tapi juga adem bacanya 😁. Dikehidupan nyata mungkin ga bakal se smooth itu ketemu mantan di angkot, udah bawa anak pula 😅

    BalasHapus

Post Yang Paling Banyak Dibaca

Sepenggal Kisah Dunia Maya (#1) - Cerbung

Makhluk Manis Dalam Lift - Cerpen

Dara, Gadis Dunia Maya (#3) - Cerbung

Misteri Di Balik Kata Hmmm - Cerpen

Dara, Gadis Dunia Maya (#1) - Cerbung