Adakah Pertemuan Di Cerita Kita? (Masih Ada Sedikit Harapan) - Cerpen
Adakah Pertemuan Di Cerita Kita? (Masih Ada Sedikit Harapan) - Cerpen

Sumber gambar google.com diedit oleh Hermansyah
"Sial, gara gara macet tiket kereta api ini jadi hangus, mau balik tanggung sudah terlanjur jalan," gerutuku.
Kukeluarkan HP-ku, kubuka browser dan kuketik kata kunci jadwal keberangkatan bus dari kotaku ke kotanya. Alhamdulillah ada jadwal bus ke kotanya yang berangkat agak siang yang masih bisa dikejar. Langsung kupesan ojek online untuk mengantarkanku ke terminal bus sebab aku takut akan terlambat lagi.
Tak lama kemudian ojek online pun datang dan langsung mengantarkanku ke terminal bus. Sesampainya di terminal aku langsung menuju loket dan membeli satu tiket bus ke kota itu. Kukeluarkan 2 lembar uang kertas pecahan 100.000 dan dikembalikan 5.000.
"Aman, tiket sudah di tangan tinggal tunggu busnya, semoga perjalanan lancar dan tiba tidak terlalu malam," harapku.
Sambil menunggu kedatangan bus yang akan membawaku ke kota itu, kukeluarkan HP-ku dan aku pun mulai sibuk WA dan inbox.
"Sudah terlalu sering ditikung dan yang sekarang pun harapannya sudah tipis cuma sabar saja yang masih membuat diri ini bisa bertahan, Kang."
"Ohh... Mungkin Mas Her kelamaan kali, jadi keburu diambil orang."
"Mungkin juga tapi kayaknya nggak, belum juga setahun, Kang."
"Lah emang harusnya berapa tahun?"
"Gak tau harus berapa tahun..hihihi."
"Emang nunggu apaan kok nggak tau? Eh, saya dulu dari mulai kenal sampai nikah nungguin 2 tahun. Soalnya nyari modal dulu."
"Dulu juga aku pernah dekat dengan seorang perempuan hampir setahun lamanya dan sudah berencana untuk menikahinya sehabis lebaran tapi takdir berkata lain."
"Ohh... Takdir? Meninggal?"
"Iya, dia meninggal beberapa hari menjelang puasa terkena serangan kanker otak, Kang"
"Innalillhahi wa inna ilaihi roji'un."
**********
"Hari ini sepertinya aku lagi apes, tiket kereta api hangus ganti bus kena tipu bilangnya ke kota ini kok jadinya ke kota itu. Sial benar," umpatku setelah diberitahu oleh PO Bus kalau bus yang ke kotanya tidak datang dan disuruh ganti bus tapi ke kota yang yang berbeda.
Ingin marah-marah tapi tak berani, tahu sendiri kan bagaimana kerasnya kehidupan di terminal dan akhirnya hanya bisa ngedumel dalam hati dan pasrah dengan keinginan PO Bus daripada tidak sampai ke kota tujuan. Dan memang dasar lagi apes dapat tempat duduk bangku plastik yang biasa dipakai di warung-warung tenda dan di dekat pintu pula, "hadehhh... Bakalan tak bisa tidur nih," umpatku lagi.
Sudah hampir satu jam bus belum juga berangkat bikin perut jadi lapar, aku pun turun dari bus dan melangkahkan kaki ke pedagang yang menjual makanan dan minuman, tiga buah roti serta sebotol air mineral jadi pelampiasan untuk mengisi perut yang sedang lapar. Setelah merasa kenyang dan membayar semua yang kumakan aku langsung naik kembali ke bus. Dan tak lama kemudian bus pun berangkat juga.
Dalam perjalanan hanya HP yang menjadi teman tapi harus hemat baterainya hanya membuka HP ketika ada notif saja karena terburu buru power bank tak terbawa.
Terdengar suara notifikasi inbox yang masuk.
"Gak penting banget, biar yang sempat aja yang balas.. hihihihi," ucapku sambil tertawa dalam hati.
Sekitar 15 menit kemudian terdengar lagi satu notifikasi inbox, langsung kubuka dan kubaca isi pesannya, "Masih ada sedikit harapan, Mas."
Aku pun langsung membalasnya, "Kayak status FB-ku saja masih ada sedikit harapan, kang."
"Hehehe."
"Kok tertawa, Kang?"
"Ketawa aja, lah pas banget sama statusnya Mas Her. Waah berarti emang benar masih ada harapan. Udah Mas Her langsung aja...!!"
"Langsung apanya, Kang?"
"Yaa langsung PDKT."
"Mau PDKT bingung, nggak begitu bisa ngobrol sama perempuan yang belum begitu kukenal, Kang."
"Lahhh...bukannya Mas Her udah lama kenal sama dia??"
"Cuma kenal di komentar aja."
"Apa bedanya, kan PDKT awalnya juga pasti lewat komentar, inbox atau WA."
"Iya sih tapi kan kalau di komentar bisa langsung dibalas kalau di inbox atau WA belum tentu, Kang."
"Nggak juga. Paling yang langsung membalas komentar malah mas Agus. Apalagi sekarang dia udah jarang FB-an, larinya paling ke WA."
"Nah itu dia, emang mas Agus yang paling suka balas komentar orang. Ada sih teman yang memberikan nomor WA-nya tapi aku belum berani kirim chat lewat WA, Kang."
"Owh begitu, biar berani coba Mas Her kirim WA-nya sambil merem. Coba aja dulu kirim emot, titik, dll."
"Paling-paling nggak dibalas. Inbox yang sudah lebih dari sebulan saja sampai sekarang belum dibalas."
"Lah inbok isinya gituan ya gak dibalas, bingung mau balas apaan. Biar dibalas ya inbox kalimat tanya."
Aku pun tersenyum, tersenyum karena bus memasuki halaman sebuah rumah makan. Sedari tadi penghuni perut sudah main orkestra dan menahan ingin buang air kecil.
"Hehehe."
"Kok tertawa, Kang?"
"Ketawa aja, lah pas banget sama statusnya Mas Her. Waah berarti emang benar masih ada harapan. Udah Mas Her langsung aja...!!"
"Langsung apanya, Kang?"
"Yaa langsung PDKT."
"Mau PDKT bingung, nggak begitu bisa ngobrol sama perempuan yang belum begitu kukenal, Kang."
"Lahhh...bukannya Mas Her udah lama kenal sama dia??"
"Cuma kenal di komentar aja."
"Apa bedanya, kan PDKT awalnya juga pasti lewat komentar, inbox atau WA."
"Iya sih tapi kan kalau di komentar bisa langsung dibalas kalau di inbox atau WA belum tentu, Kang."
"Nggak juga. Paling yang langsung membalas komentar malah mas Agus. Apalagi sekarang dia udah jarang FB-an, larinya paling ke WA."
"Nah itu dia, emang mas Agus yang paling suka balas komentar orang. Ada sih teman yang memberikan nomor WA-nya tapi aku belum berani kirim chat lewat WA, Kang."
"Owh begitu, biar berani coba Mas Her kirim WA-nya sambil merem. Coba aja dulu kirim emot, titik, dll."
"Paling-paling nggak dibalas. Inbox yang sudah lebih dari sebulan saja sampai sekarang belum dibalas."
"Lah inbok isinya gituan ya gak dibalas, bingung mau balas apaan. Biar dibalas ya inbox kalimat tanya."
Aku pun tersenyum, tersenyum karena bus memasuki halaman sebuah rumah makan. Sedari tadi penghuni perut sudah main orkestra dan menahan ingin buang air kecil.
Baca juga: Misteri Di Balik Kata Hmmm
Setelah bus berhenti aku pun langsung turun dan langsung menuju toilet, keberuntungan pertama toilet gratis semoga ada keberuntungan selanjutnya. Keberuntungan kedua dapat makan gratis dan tak begitu antri. Keberuntungan ketiga sambil makan bisa cas HP.
"Alhamdulillah dapat tiga keberuntungan sekaligus untuk menutup kesialan sebelum," kataku dalam hati.
Kurang lebih sejam kemudian bus kembali berangkat, walau belum malam tapi mata sudah mengantuk mungkin ini kebiasaan atau kena penyakit orok, perut kenyang mata jadi ngantuk tapi tak bisa untuk tidur hanya merem-merem saja.
Kira kira pukul setengah empat setelah azan ashar suara notifikasi WA yang ditunggu-tunggu terdengar juga. "Sepertinya dia baru bangun," ucapku sambil mengusap layar HP membuka pesan chat WA yang baru kuterima.
"Baru bangun ini."
Ternyata benar dugaanku ternyata dia memang baru bangun. Lantas kujawab pesan chat-nya. "Seneng banget jam segini baru bangun."
"Iya dong, jarang-jarang sih."
"Justru yang jarang-jarang itu yang nikmat..hihihi. Sekarang lagi apa nih?"
"Iya bener. Ini masih rebahan."
"Masih rebahan, nggak keluar rumah?"
"Nggak lah... Males... Nggak tau nanti kalau ada yang ngajak?"
Tiba-tiba tepat di depanku ada yang mabuk dan muntah hingga membuat perut ini mual dan hampir saja ikutan muntah. Untung masih ada permen kopi jadi tak ikutan muntah.
"Hadeehhhh, udah nggak bisa tidur pakai acara ada yang muntah lagi. Mimpi apa aku semalam. Ini lagi sinyal HP ikut-ikutan bikin kesal pakai acara ketinggalan jadi nggak bisa chat lagi, lengkap sudah penderitaanku hari ini," makiku panjang pendek.
Bus terus melaju kencang sinyal HP masih belum nongol juga mungkin ia masih berusaha mengejar laju bus dan semoga saja di depan ada tikungan tajam biar dia bisa mengejarnya.
Sambil menunggu kembalinya sinyal HP yang ketinggalan oleh laju bus kucoba memejamkan mata dalam posisi duduk agak menyender ke pintu bus mencoba untuk tidur. Karena mata memang sudah lelah dan butuh istirahat aku pun tertidur cukup lama dan terbangun ketika hari sudah gelap dan lampu bus pun sudah dinyalakan. Kulihat di layar HP hampir jam setengah tujuh malam tapi masih belum juga sampai di kota itu padahal dari kota itu ke kotanya masih lumayan jauh.
Tiba-tiba dari HP-ku terdengar suara notifikasi yang saling berebutan. "Akhirnya nongol juga tuh sinyal dan pantas saja belum sampai, bus ini jalannya lambat banget sama sinyal yang tak punya roda saja bisa terkejar," kataku dalam hati.
Satu persatu notifikasi yang masuk tersebut kulihat dan hanya beberapa saja yang kubalas.
Kembali suara notif terdengar.
Setelah bus berhenti aku pun langsung turun dan langsung menuju toilet, keberuntungan pertama toilet gratis semoga ada keberuntungan selanjutnya. Keberuntungan kedua dapat makan gratis dan tak begitu antri. Keberuntungan ketiga sambil makan bisa cas HP.
"Alhamdulillah dapat tiga keberuntungan sekaligus untuk menutup kesialan sebelum," kataku dalam hati.
Kurang lebih sejam kemudian bus kembali berangkat, walau belum malam tapi mata sudah mengantuk mungkin ini kebiasaan atau kena penyakit orok, perut kenyang mata jadi ngantuk tapi tak bisa untuk tidur hanya merem-merem saja.
Kira kira pukul setengah empat setelah azan ashar suara notifikasi WA yang ditunggu-tunggu terdengar juga. "Sepertinya dia baru bangun," ucapku sambil mengusap layar HP membuka pesan chat WA yang baru kuterima.
"Baru bangun ini."
Ternyata benar dugaanku ternyata dia memang baru bangun. Lantas kujawab pesan chat-nya. "Seneng banget jam segini baru bangun."
"Iya dong, jarang-jarang sih."
"Justru yang jarang-jarang itu yang nikmat..hihihi. Sekarang lagi apa nih?"
"Iya bener. Ini masih rebahan."
"Masih rebahan, nggak keluar rumah?"
"Nggak lah... Males... Nggak tau nanti kalau ada yang ngajak?"
Tiba-tiba tepat di depanku ada yang mabuk dan muntah hingga membuat perut ini mual dan hampir saja ikutan muntah. Untung masih ada permen kopi jadi tak ikutan muntah.
"Hadeehhhh, udah nggak bisa tidur pakai acara ada yang muntah lagi. Mimpi apa aku semalam. Ini lagi sinyal HP ikut-ikutan bikin kesal pakai acara ketinggalan jadi nggak bisa chat lagi, lengkap sudah penderitaanku hari ini," makiku panjang pendek.
Bus terus melaju kencang sinyal HP masih belum nongol juga mungkin ia masih berusaha mengejar laju bus dan semoga saja di depan ada tikungan tajam biar dia bisa mengejarnya.
Sambil menunggu kembalinya sinyal HP yang ketinggalan oleh laju bus kucoba memejamkan mata dalam posisi duduk agak menyender ke pintu bus mencoba untuk tidur. Karena mata memang sudah lelah dan butuh istirahat aku pun tertidur cukup lama dan terbangun ketika hari sudah gelap dan lampu bus pun sudah dinyalakan. Kulihat di layar HP hampir jam setengah tujuh malam tapi masih belum juga sampai di kota itu padahal dari kota itu ke kotanya masih lumayan jauh.
Tiba-tiba dari HP-ku terdengar suara notifikasi yang saling berebutan. "Akhirnya nongol juga tuh sinyal dan pantas saja belum sampai, bus ini jalannya lambat banget sama sinyal yang tak punya roda saja bisa terkejar," kataku dalam hati.
Satu persatu notifikasi yang masuk tersebut kulihat dan hanya beberapa saja yang kubalas.
Kembali suara notif terdengar.
"Lah itukan besok malam, Mas."
"Oh... Besok malam ya..kirain malam ini... Ya udah tidur aja kalau gitu."
"Iya ini juga."
"Ini juga apa?"
"Lagi usaha merem."
"Cakep, tidur sore sore biar besok bangun badan terasa lebih segar."
"Okee... Sehat sehat ya... Jangan sampai sakit menyerang," jawabnya dan chat pun berhenti.
Hampir jam setengah sepuluh malam bus baru tiba di terminal. Kuputuskan untuk menginap di kota ini dan besok pagi baru berangkat ke kotanya.
Baca juga: Makhluk Manis Dalam Lift
Kuturun dari bus dan kulangkahkan kakiku menuju ke sebuah warung yang tak jauh dari mulut terminal.
"Bang, Aqua tanggungnya satu," ucapku kepada si abang pemilik warung.
"Ini, Mas." si abang pemilik warung menberikanku sebotol air mineral.
Kuambil dan kubuka lalu...
Gluk..gluk..gluk..gluk... Nyaris sebotol air dalam kemasan itu berpindah tempat ke dalam perutku.
"Maaf, Bang. Mau tanya apa di sini ad penginapan yang cuma buat semalam?" Tanyaku kepada si abang pemilik warung.
Si abang pemilik warung menatapku sesaat dan bertanya, "Mas memangnya dari mana?"
"Jakarta, Bang."
Si abang pemilik warung seperti tak percaya, matanya menatap tajam ke arah ku. Mungkin karena aku tak membawa apa-apa cuma memegang sebuah hp saja jadi tak terlihat seperti orang yang datang dari jauh pikirnya.
"Ada apa nggak, Bang?" Tanyaku lagi untuk memastikan.
"Ohh... Ada, itu tidak jauh dari sini lewati jembatan itu," jawabannya sambil menunjuk ke arah sebuah jembatan.
"Terima kasih, Bang." kusodorkan uang 10.000 untuk membayar Aqua yang kuminum.
"Ini kembaliannya, Mas."
Kuambil uang kembaliannya dan segera berjalan ke arah yang dikatakannya. Baru beberapa langkah aku berjalan aku mendengar ada yang memanggilku dari arah belakang.
"Mas... Mas, tunggu sebentar."
Kuhentikan langkah kakiku seraya menengok ke belakang.
Tampak seorang lelaki berusia 30 tahunan berjalan menghampiriku.
"Mas mencari penginapan?" Tanyanya.
"Iya, cuma buat semalam, Abang tau tempatnya?"
"Tau, mari saya antar, Mas."
"Jauh tidak, Bang?"
"Nggak, itu di seberang kali kecil itu," Jawabnya sambil menunjuk kali kecil yang memang tak jauh jaraknya.
Tak lama kemudian sampailah aku di sebuah penginapan, penginapan itu tidak begitu bagus tapi lumayanlah kalau sekadar istirahat semalaman.
"Semalam berapa, Bang?" Tanyaku kepada penjaga penginapan itu
"Semalam Rp 80.000, Mas."
Kukeluarkan selembar uang 100.000. "Ini bang hanya buat semalam sisanya ambil buat Abang."
"Terima kasih, Mas. Selamat beristirahat."
Kuturun dari bus dan kulangkahkan kakiku menuju ke sebuah warung yang tak jauh dari mulut terminal.
"Bang, Aqua tanggungnya satu," ucapku kepada si abang pemilik warung.
"Ini, Mas." si abang pemilik warung menberikanku sebotol air mineral.
Kuambil dan kubuka lalu...
Gluk..gluk..gluk..gluk... Nyaris sebotol air dalam kemasan itu berpindah tempat ke dalam perutku.
"Maaf, Bang. Mau tanya apa di sini ad penginapan yang cuma buat semalam?" Tanyaku kepada si abang pemilik warung.
Si abang pemilik warung menatapku sesaat dan bertanya, "Mas memangnya dari mana?"
"Jakarta, Bang."
Si abang pemilik warung seperti tak percaya, matanya menatap tajam ke arah ku. Mungkin karena aku tak membawa apa-apa cuma memegang sebuah hp saja jadi tak terlihat seperti orang yang datang dari jauh pikirnya.
"Ada apa nggak, Bang?" Tanyaku lagi untuk memastikan.
"Ohh... Ada, itu tidak jauh dari sini lewati jembatan itu," jawabannya sambil menunjuk ke arah sebuah jembatan.
"Terima kasih, Bang." kusodorkan uang 10.000 untuk membayar Aqua yang kuminum.
"Ini kembaliannya, Mas."
Kuambil uang kembaliannya dan segera berjalan ke arah yang dikatakannya. Baru beberapa langkah aku berjalan aku mendengar ada yang memanggilku dari arah belakang.
"Mas... Mas, tunggu sebentar."
Kuhentikan langkah kakiku seraya menengok ke belakang.
Tampak seorang lelaki berusia 30 tahunan berjalan menghampiriku.
"Mas mencari penginapan?" Tanyanya.
"Iya, cuma buat semalam, Abang tau tempatnya?"
"Tau, mari saya antar, Mas."
"Jauh tidak, Bang?"
"Nggak, itu di seberang kali kecil itu," Jawabnya sambil menunjuk kali kecil yang memang tak jauh jaraknya.
Tak lama kemudian sampailah aku di sebuah penginapan, penginapan itu tidak begitu bagus tapi lumayanlah kalau sekadar istirahat semalaman.
"Semalam berapa, Bang?" Tanyaku kepada penjaga penginapan itu
"Semalam Rp 80.000, Mas."
Kukeluarkan selembar uang 100.000. "Ini bang hanya buat semalam sisanya ambil buat Abang."
"Terima kasih, Mas. Selamat beristirahat."
Baca juga: O.D.O.P
Sebelum tidur ku cas HP yang sedari tadi sudah rewel. Semoga bisa bangun pagi-pagi agar tak terlalu siang sampai di kota itu. Kurebahkan tubuhku di atas pembaringan dan aku pun terlelap.
Sebelum tidur ku cas HP yang sedari tadi sudah rewel. Semoga bisa bangun pagi-pagi agar tak terlalu siang sampai di kota itu. Kurebahkan tubuhku di atas pembaringan dan aku pun terlelap.
**********
Jam 05:30 aku terbangun. Setelah mandi dan kembali berpakaian aku bergegas meninggalkan penginapan menuju terminal untuk berangkat ke kota itu. Sebelum pergi aku pamit dahulu ke penjaga penginapan.
"Selamat pagi, Bang. Ini kunci kamarnya," sapaku kepada penjaga penginapan sambil menyerahkan kunci kamar.
"Terima kasih, Mas. Hari masih pagi sudah mau pergi memangnya mau ke mana, Mas?" Tanya penjaga penginapan.
Aku pun menyebutkan nama satu kota dan langsung pamit takut ketinggalan bus yang menuju ke kota itu. Sesampainya di terminal sebelum masuk ke dalam terminal aku mampir dahulu di warung yang semalam tempatku membeli Aqua.
"Mie rebusnya satu sama teh manisnya satu, Bang," ucapku ke pemilik warung.
Sambil menunggu pesananku selesai dibuatkan aku pun duduk di bangku dan mengeluarkan HP untuk mengirim sebuah pesan chat WA kepadanya.
"Selamat pagi. Pagi yang cerah walau sedikit dingin. Dan selamat beraktivitas."
Tak lama terdengar suara notifikasi dari HP yang masih kupegang.
"Pagii... Pagi yang cerah bangettt. Iya... Lagi nyuci ini."
"Hebat nyuci sambil mainan HP!"
"Belum..baru mau ini..hehehe."
"Baru mau nyuci.. nyuci dulu dah ntar baru online lagi kasihan tuh cucian udah kedinginan..hihihi."
"Iya..hehehe."
Kuakhir chat WA dengannya dan berganti membuka inbox dan membalas beberapa pesan.
"Itu udah lama, Kang."
"Oh, jadi semenjak itu Mas Her jomblo?"
"Iya dan sempat oleng sebentar. Mencoba mencari lagi dan dapat tapi apes baru beberapa bulan ketauan main belakang."
"Mas Her yang main belakang?*
"Dia yang main belakang, sudah diberi kesempatan sampai tiga kali tapi dasarnya memang dianya suka main belakang ya terpaksa bubar."
"Busyet!!! Udah dapet piring tuh."
"Dapat piring sama ember, kang..hihihi."
"Silakan, Mas" Indomie dan teh manis pesananku sudah jadi dan aku pun makan sambil inbox-an.
"Dia udah di inbox atau di WA apa belum, Mas?"
"Belum, kang."
"Hemmm... Apa saya aja yang inbox-in?"
"Jangan, ntar dia marah lagi, Kang"
"Kenapa marah?"
"Kali aja."
"Jadi gimana?"
"Terserah dah kalau mau inbox-in juga gak apa apa."
""Asiik... Oh iya, kalimatnya kayak gimana nih?"
"Atur aja gimana baiknya, Kang."
"Ciee..."
"Hihihi."
Satu screenshot dikirimnya
"Orang aktif tujuh jam yang lalu tuh."
"Iya, berati memang dia sudah jarang FB-an... Jadi deg-degan aja nih." "Apa dia sudah ada yang larang?"
"Nah itu... Aduhh!!!"
"Mendingan jangan dah, kang. Takut nggak enak kalau dia udah ada calonnya."
"Makanya ini mau nanya dulu buat mastiin."
"Ahh..bikin deg degan aja nih."
"Tapi kan seru... Eh, tapi ini serius ya, bukan buat main-main... Ntar kualat... Hehe."
"Lah iya serius kalau masalah seperti ini aku nggak mau main main, Kang."
"Widihh!! Mantap...! Jadi semangat lagi nih."
"Terus semangat kang kali aja memang masih ada sedikit harapan."
"Aamiin... Btw, kok jadi saya yang disemangati, hahaha."
"Hahaha..."
"Semuanya jadi berapa, Bang. Indomie, teh manis sama krupuk satu?" Tanyaku sambil menyodorkan uang pecahan Rp 50.000.
"12ribu, mas."
"Ini kembaliannya."
"Belum, kang."
"Hemmm... Apa saya aja yang inbox-in?"
"Jangan, ntar dia marah lagi, Kang"
"Kenapa marah?"
"Kali aja."
"Jadi gimana?"
"Terserah dah kalau mau inbox-in juga gak apa apa."
""Asiik... Oh iya, kalimatnya kayak gimana nih?"
"Atur aja gimana baiknya, Kang."
"Ciee..."
"Hihihi."
Satu screenshot dikirimnya
"Orang aktif tujuh jam yang lalu tuh."
"Iya, berati memang dia sudah jarang FB-an... Jadi deg-degan aja nih." "Apa dia sudah ada yang larang?"
"Nah itu... Aduhh!!!"
"Mendingan jangan dah, kang. Takut nggak enak kalau dia udah ada calonnya."
"Makanya ini mau nanya dulu buat mastiin."
"Ahh..bikin deg degan aja nih."
"Tapi kan seru... Eh, tapi ini serius ya, bukan buat main-main... Ntar kualat... Hehe."
"Lah iya serius kalau masalah seperti ini aku nggak mau main main, Kang."
"Widihh!! Mantap...! Jadi semangat lagi nih."
"Terus semangat kang kali aja memang masih ada sedikit harapan."
"Aamiin... Btw, kok jadi saya yang disemangati, hahaha."
"Hahaha..."
"Semuanya jadi berapa, Bang. Indomie, teh manis sama krupuk satu?" Tanyaku sambil menyodorkan uang pecahan Rp 50.000.
"12ribu, mas."
"Ini kembaliannya."
Baca juga: Nurul, Si Gadis Kecil
Kuambil kembaliannya dan iseng-iseng kubertanya, "Kalau mau ke kota ini naik busnya dari mana, bang?"
"Tunggu di sini saja nanti juga ada bus yang lewat yang menuju ke sana. Mas ini yang dari Jakarta yang semalam mencari penginapan kan?" Tanyanya.
"Iya, terima kasih sudah diberi tau tempat menginap, bang."
"Dari Jakarta bukannya ada bus yang langsung ke kota itu kok mas ke kota ini?" tanyanya lagi.
"Kena tipu PO Bus, katanya ke kota itu tapi jadinya ke kota ini, bang," jawabku.
"Nah itu datang bus yang ke kota itu, langsung aja naik, Mas," katanya sambil menunjuk sebuah bus yang datang.
Bus itu berhenti tak jauh dari ku. Kernet bus meneriakkan kota yang kutuju. Aku pun bergegas naik ke bus dan duduk di pojok belakang. Setelah menaikkan beberapa orang penumpang bus berangkat kembali.
Tak lama kemudian kernet bus meminta ongkos. Kutarik selembar uang kertas pecahan 100.000 dan kuberikan kepadanya.
"Nggak ada uang pas, Mas? Tanyanya.
"Berapa?" Aku balik bertanya.
"55.000," jawabnya
Gak ada, ini ada 5.000 kembalikan 50.000 ada kan?"
"Belum ada tunggu ya, Mas."
Aku hanya mengangguk dan duduk tenang di pojok belakang bus sambil melihat keluar melalui jendela yang terbuka.
Entah sudah berapa jam lamanya perjalanan akhirnya dari HP-ku terdengar juga suara notifikasi chat WA darinya.
"Lagi apa, Mas?"
"Lagi duduk sambil lihati layar HP."
"Nggak ada jawaban yang lain apa, mas?"
"Nggak ada, ingatnya cuma itu aja."
"Bagus banget ingatannya."
"Itu juga kadang-kadang mungkin kalau lagi benar saja..hihihi."
"Harus dibiasakan tuh biar bisa berlanjut ingatannya."
"Maunya begitu tapi apalah daya belum makan."
"Belum makan ya? Ya makan ihhhh!"
"Lagi di perjalanan belum bisa makan...hiks."
"Emang Mas mau kemana?"
"Entahlah ini mau ke mana, jalan-jalan aja daripada hanya bengong di rumah."
"Lahhh... Gimana sih! Mas sendirian apa bareng teman?"
"Sendirian... Lagi mengikuti kata hati."
"Lahhh... Ke mana?"
"Entahlah mau kemana itu yang bingung. Ini sudah hampir dua jam terjebak macet."
"Ke mana sih, masih daerah Jakarta kan?"
"Sudah di luar Jakarta."
"Ke Bogor ya?"
"Bukan, jauh dari Bogor."
"Kemana? Nyasar ntar loh!"
"Kalau nyasar tinggal balik lagi."
"Ihhh... Kepo nih, kemana sih? Naik motor keluar Jakarta... Hebat."
"Naik bus bukan motor."
"Ke mana ihh?"
"Aku juga bingung mau ke mana kalau tujuan busnya ke Pemalang."
"Sekarang sampai mana?"
"Masih kena macet di Tegal atau Brebes kurang tau juga ini."
"Emang ke tempat siapa di Pemalangnya?"
"Belum tentu juga sih mau ke Pemalang."
"Iiiihhhh...gimana sih. Ke tempat aku aja."
"Kejebak macet busnya, kalau mau ganti bus gantinya di mana?"
"Ya di terminal pindah jurusan sini."
"Lah ini kejebak macet gak bisa ke mana mana. Macet ada karnaval katanya."
"Bisa lama tuh."
"Ini udah hampir dua jam."
"Hmmm... Ditunggu aja."
"Iya ditunggu tapi lapar ini, malah gak ada tukang jajanan"
"Kalau masih lama, di situ dekat warung mas ijin aja keluar sebentar beli makanan."
"Lah gimana dekat warung ini adanya di tengah-tengah fly over."
"Hahahaha."
"Ihh... Malah ketawa."
"Hihihi... Ya mau gimana lagi coba."
"Berdo'a dong biar cepat jalan."
"Berdo'a mulai!"
"Berdo'a selesai."
Kuambil kembaliannya dan iseng-iseng kubertanya, "Kalau mau ke kota ini naik busnya dari mana, bang?"
"Tunggu di sini saja nanti juga ada bus yang lewat yang menuju ke sana. Mas ini yang dari Jakarta yang semalam mencari penginapan kan?" Tanyanya.
"Iya, terima kasih sudah diberi tau tempat menginap, bang."
"Dari Jakarta bukannya ada bus yang langsung ke kota itu kok mas ke kota ini?" tanyanya lagi.
"Kena tipu PO Bus, katanya ke kota itu tapi jadinya ke kota ini, bang," jawabku.
"Nah itu datang bus yang ke kota itu, langsung aja naik, Mas," katanya sambil menunjuk sebuah bus yang datang.
Bus itu berhenti tak jauh dari ku. Kernet bus meneriakkan kota yang kutuju. Aku pun bergegas naik ke bus dan duduk di pojok belakang. Setelah menaikkan beberapa orang penumpang bus berangkat kembali.
Tak lama kemudian kernet bus meminta ongkos. Kutarik selembar uang kertas pecahan 100.000 dan kuberikan kepadanya.
"Nggak ada uang pas, Mas? Tanyanya.
"Berapa?" Aku balik bertanya.
"55.000," jawabnya
Gak ada, ini ada 5.000 kembalikan 50.000 ada kan?"
"Belum ada tunggu ya, Mas."
Aku hanya mengangguk dan duduk tenang di pojok belakang bus sambil melihat keluar melalui jendela yang terbuka.
Entah sudah berapa jam lamanya perjalanan akhirnya dari HP-ku terdengar juga suara notifikasi chat WA darinya.
"Lagi apa, Mas?"
"Lagi duduk sambil lihati layar HP."
"Nggak ada jawaban yang lain apa, mas?"
"Nggak ada, ingatnya cuma itu aja."
"Bagus banget ingatannya."
"Itu juga kadang-kadang mungkin kalau lagi benar saja..hihihi."
"Harus dibiasakan tuh biar bisa berlanjut ingatannya."
"Maunya begitu tapi apalah daya belum makan."
"Belum makan ya? Ya makan ihhhh!"
"Lagi di perjalanan belum bisa makan...hiks."
"Emang Mas mau kemana?"
"Entahlah ini mau ke mana, jalan-jalan aja daripada hanya bengong di rumah."
"Lahhh... Gimana sih! Mas sendirian apa bareng teman?"
"Sendirian... Lagi mengikuti kata hati."
"Lahhh... Ke mana?"
"Entahlah mau kemana itu yang bingung. Ini sudah hampir dua jam terjebak macet."
"Ke mana sih, masih daerah Jakarta kan?"
"Sudah di luar Jakarta."
"Ke Bogor ya?"
"Bukan, jauh dari Bogor."
"Kemana? Nyasar ntar loh!"
"Kalau nyasar tinggal balik lagi."
"Ihhh... Kepo nih, kemana sih? Naik motor keluar Jakarta... Hebat."
"Naik bus bukan motor."
"Ke mana ihh?"
"Aku juga bingung mau ke mana kalau tujuan busnya ke Pemalang."
"Sekarang sampai mana?"
"Masih kena macet di Tegal atau Brebes kurang tau juga ini."
"Emang ke tempat siapa di Pemalangnya?"
"Belum tentu juga sih mau ke Pemalang."
"Iiiihhhh...gimana sih. Ke tempat aku aja."
"Kejebak macet busnya, kalau mau ganti bus gantinya di mana?"
"Ya di terminal pindah jurusan sini."
"Lah ini kejebak macet gak bisa ke mana mana. Macet ada karnaval katanya."
"Bisa lama tuh."
"Ini udah hampir dua jam."
"Hmmm... Ditunggu aja."
"Iya ditunggu tapi lapar ini, malah gak ada tukang jajanan"
"Kalau masih lama, di situ dekat warung mas ijin aja keluar sebentar beli makanan."
"Lah gimana dekat warung ini adanya di tengah-tengah fly over."
"Hahahaha."
"Ihh... Malah ketawa."
"Hihihi... Ya mau gimana lagi coba."
"Berdo'a dong biar cepat jalan."
"Berdo'a mulai!"
"Berdo'a selesai."
Baca juga: Di Saat Turun Hujan
Keasikan chat dengannya tak terasa hari sudah lewat tengah hari tapi bus masih belum bergerak juga perut yang sudah lapar semakin terasa lapar.
"Perut lapar, terjebak macet di tengah-tengah fly over, baterai HP sekarat, tinggal tunggu sinyalnya saja kalau sinyalnya sampai hilang lengkap sudah penderita ini," rutukku dalam hati.
Akhirnya dengan berat hati HP pun kumatikan sebab baterainya sudah benar benar kritis. Aku mencoba untuk memejamkan mata dan syukur-syukur bisa tertidur pulas dan terbangun setelah sampai di tempat tujuan.
Keasikan chat dengannya tak terasa hari sudah lewat tengah hari tapi bus masih belum bergerak juga perut yang sudah lapar semakin terasa lapar.
"Perut lapar, terjebak macet di tengah-tengah fly over, baterai HP sekarat, tinggal tunggu sinyalnya saja kalau sinyalnya sampai hilang lengkap sudah penderita ini," rutukku dalam hati.
Akhirnya dengan berat hati HP pun kumatikan sebab baterainya sudah benar benar kritis. Aku mencoba untuk memejamkan mata dan syukur-syukur bisa tertidur pulas dan terbangun setelah sampai di tempat tujuan.
**********
16:25 bus baru sampai di terminal. Perjalanan yang biasanya ditempuh 3 sampai 4 jam harus ditempuh hampir 10 jam. Setelah turun dari bus aku langsung mencari tempat untuk makan karena perut memang sudah sangat lapar.
"Soto ayamnya satu sama es teh manisnya satu, Bu," langsung saja kupesan makanan sesampainya aku di sebuah warung makan.
Kutarik sebuah bangku dan aku pun duduk. Ada sebaris tulisan yang ditempelkan di dekat sebuah stopkontak yang menarik perhatianku. Sebaris tulisan itu berbunyi "Cas HP Rp 2.000." "Baru kali ini aku melihat tulisan seperti itu, ternyata cas HP ada tarifnya," kataku sambil tertawa dalam hati.
Ku keluarkan HP dan charger-nya, 2.000 entah itu tarif pengecasan untuk berapa lama. "Masa bodo yang penting HP dan orangnya sama sama makan," kembali aku berkata dalam hati.
Beberapa menit kemudian HP-ku aku hidupkan. Terdengar suara notifikasi yang saling berebutan tapi semuanya ku abaikan.
"Ini baru sampai terminal dan sekarang lagi makan.. udah laper banget," kukirim pesan WA kepadanya.
"Seriussss??? Aku pengen ketemu Mas," balasan darinya
"Kita ketemu di......" belum selesai kumengetik, dia sudah menelponku. Langsung kuangkat telpon darinya dan terdengarlah suaranya dan kujawab, "baiklah habis Maghrib kita ketemu di tempat itu." "Tunggu aku di situ, Mas." "Iya, aku tunggu di tempat itu," telpon pun berakhir.
Kulanjutkan makan yang sempat tertunda. Selesai makan aku langsung membayarnya dan bertanya ke ibu pemilik warung, "Kalau mau pergi ke tempat ini naik mobil apa, Bu?"
Si ibu pemilik warung menjawab, "Naik ojek aja gak jauh kok jarak dari sini hanya beberapa menit saja." AKu turuti perkataan si ibu pemilik warung aku pun pergi ke tempat itu dengan naik ojek.
Sebelum azan Magrib sampailah aku di tempat itu. Sambil menunggu kedatangannya aku berkeliling mencari tempat yang menjual power bank sebab baterai HP baru terisi sedikit takut HP mati yang bisa berbuntut gagal bertemu dengannya karena kehilangan kontak.
Sebuah power bank akhirnya kudapatkan walau cuma berisi setengahnya namun lumayan bisa untuk mengisi baterai HP ini hingga penuh. Setelah mendapat power bank aku bergegas menuju masjid yang tak jauh dari tempatku mendapatkan power bank untuk sholat Magrib karena azan Magrib sudah terdengar. Tak lama setelah selesai sholat Magrib terdengar suara notifikasi WA.
"Oke, aku keluar rumah ini."
"Iya, hati hati jalannya."
Kurang lebih setengah jam kemudian terdengar lagi suara notifikasi WA.
"Aku dah sampai... Mas di mana?"
"Depan Alfa mart." jawabku
"Oke aku ke situ."
Tak lama kemudian
"Ningsih..."
"Mas Her..."
Masih ada sedikit harapan dan itu menjadi nyata, ada pertemuan di cerita kita.
Tamat
Baca juga: Pertengkaran Di Sore Hari
BalasHapusBusyeett sampe serius gw baca satu jam lebih meresapinya..😊😊
Ini beneran gilee petualang Janda eehh salah Cinta maksudku..🤣🤣🤣
Apik nih cerita jangan2 beneran..😊😊
Terus gimana dong akhirnya masa tamat...Harusnya Tomat dulu baru nanti ganti kol, Kentang, Wortel..🤣🤣
Ditunggu lanjutannya mas weeehheee!..👍👍
Mentang mentang juragan sayur jadinya tomat kol kentang wortel.🤣
HapusLagi tunggu ijin dari tokoh utamanya boleh ngga dibuat lanjutannya..hihihi
HapusUdah tamat kok diminta lanjutannya. Gimana caranya nih?
ya uda bikin cerita baru aja
HapusIni lagi bikin dan lumayan udah dapat selusin kata, semoga aja dua tahun yang akan datang sudah bisa diterbitkan..hihihi
HapusInikan sudah tiga tahun, udah terbitkan lagi yang baru mas. Bisa cerpen Herman dan Ningsih.😂
HapusJangan mau masher, pokoknya pertahankan jgn sampai update 🤣🏃♂️🏃♂️
HapusBaca alurnya, ngalir kayak kejadian bener :D. Iyaaa harusnya jangan lgs tamat mas. Kan masih mau tau kelanjutannya, apakah Herman dan Ningsih beneran bisa langgeng ato ga :D
BalasHapusTunggu saja Minggu depan mbak, ntar ada kelanjutannya, apakah akan jadian atau Ningsih dan Herman langsung kawinan.😂
HapusKalau Minggu depan belum ada tunggu Minggu depannya lagi kalau belum ada juga tunggu sampai ada..hihihi
HapusMbak Fanny, kyknya sih emang itu tuh kejadian bener... hehe..
HapusAlhamdulillah, setelah macet-macetan dan juga beberapa kali kena tipu akhirnya bisa ketemu Ningsih ya mas Herman.
BalasHapusMakanya beli hapenya yang baterainya awet mas yang besar kapasitasnya, minimal 100.000 mAh lah biar kuat setahun chatting sama Ningsih, jadinya ngga perlu bayar 2000 buat cas.🤣
Iya dan alhamdulillah bisa ngilangin kangen.. hahaha
HapusWah, jadi kangen masa lalu ya mas. Tapi sekarang sudah ngga kan.
Hapuskangmase agus jadi jualan hape hahhahahahha
HapusMasih ada sedikit, mas.. hahaha
HapusKenapa harus sedikit, harusnya dibanyakin dong kayak bantuan BLT.😂
Hapusuntung di penginapannya gak terjadi apa2, coba kalo mas Agus yang cerita.. endingnya jadi horror.. wkwkwk
HapusMas Her ngenes banget ya di awal awal
BalasHapustapi sepertinya terbayar lunas karena akhirnya bertemu dengan ningsih
Ya begitulah kira-kira..hihihi
HapusPas ini dgn lagu RIF judul lagunya salah naik jurusan 😆
BalasHapusCerita setelah bertemu itu belum diceritakan, setelah bertemu ngapaen aja? 🤣🤣
Cerita setelah ketemu biar jadi rahasia aja biar ada gregetnya..hihihi
HapusSuee dia main greget2 dan rahasia2an 🤣
Hapusplot twist, ternyata ningsih adalah adiknya yang hilang
HapusHahaha..
HapusKirain pacarnya yang hilang
Hapuskalau adiknya yang hilang auto ending nyesek di ati dong xixixi
Hapushallo mas her, salam kenal
BalasHapuspetualangan cintanya keren sekali. isi chatnya ngingetin jaman-jaman pacaran dulu, hihi. heran sendiri, kenapa ya kalo mau nanya ngawalinnya dengan lagi ngapain? terus bisa gitu dulu tuh chattingan seharian? haha
tapi btw ini lagu judulnya apa ya? kayak aliran temen2nya nike ardilla gitu yaa?
Biar gampang dijawab, mungkin..hihihi
HapusMemang itu lagunya Nike Ardilla judulnya Matahariku.
lagi apa, sudah makan belum, lagi ngapain, udah makan, hehe, haha, oh, iya, ya
Hapuswkwkwk
Eh kok endingnya gituuu.. padahal ku kan ga sabar baca gimana dia kangen2an sama Ningsih 😆😆 Aku nunggu kelanjutannya Mas Herman, Adakah Pertemuan di Depan Alfamart.. Hehehe..
BalasHapusCeritanya bagus mas, bikin senyum2 sendiri baca chat sama Ningsih 😍
Memang mbak nebak endingnya kayak gimana?
HapusNgga ada kelanjutannya biar seperti itu aja..hihihi
ending nya penulis nyuruh pembaca buat berimajinasi sendiri ya
HapusNaah betul itu mas Intan.😆😆
Hapusahh penulisnya males banget nih wkwkwk
HapusJd salfok ke inbox, hp, cas, dan menu2 makanan, hehe
BalasHapusUntungnya ngga salfok sama busnya..wkwkwk
HapusPerjuangan cintanya nggak main-main euyyy. Aku jadi ikutan senang pas baca endingnya karena tahu perjalanan menuju pertemuan dengan Ningsih dilalui dengan tidak mudah >.<
BalasHapusMengalir banget ceritanya, Kak. Kalau ada lanjutannya, aku pasti baca hahaha.
Tunggu aja kelanjutannya lagi direka-reka... hihihihi
HapusDuh, Mas Heeeeer. Jadi inget masa pacaran dulu, deh. Dulu aku juga LDR an sama pacar. Dan di sekian tahun pacaran, yang rajin berkunjung ya dia. Aku gak pernah main ke tempat dia karena gak pernah main jauh sendiri, takut nyasar dan malah gak bisa pulang. Hehehe. Aaaaaah, jadi merasa bersalah sama si pacar. Ternyata untuk bisa ketemu itu perjuangan bangeeeeeet. T^T
BalasHapusOh mbak Roem dulu LDR-an juga maaf dah jadi membangkitkan memori lama..hihihi
HapusCiiee mbak Roem LDR ran..😁😁
HapusSama siapa mbak sama sianu apa yang sekarang..🤣🤣
@Mas Herman: Gakpapa, mas. Itung-itung sambil nostalgia masa lalu. Hehehe 🤭
Hapus@Mas Satria: Ya sama yang sekarang dong, Mas. Aku kan tipe setia, seumur hidup cuma hubungan sama satu orang kekasih. 🙈
kang yang pertama itu siapa sih mas herman?
BalasHapusaku agak loading
aku ngitungin oertama roti...dua indomie, tiga soto ma teh...duh duh...auto wareg...e itu beda beda waktu deng ya
buseeed itu chat ga kelar kelar ya...dan akhirnya bermuara pada kwtemuan, asyik ah...betewe klo dirangkai ini sebelum aoakah memang dia dong artinya nih sekuel cerbung wekekeke
awas tiati...nyuci mbil hapean ntar tu hape kecemplung mokad hahhahahaha...maaap baru berkunjung maklum admin blog sebelah aka blognya si embul lagi meriyang bin panas dalam wkwkkwkw
Siapa ya udah lupa nanti dah saya lihat draftnya kali aja ada tertulis namanya. Untuk sementara ditebak aja siapa kira-kira?
HapusUntuk yang di rumah makan ngga di tulis makan apa aja..hihihi
Kok bisa dibilang sekuel dari cerbung Apakah Memang Dia?
Kalau HP-nya mokad ngga apa-apa tapi kasian sama cuciannya yang udah kedinginan..hihihi
masih jadi misteri itu pas awal mas her lagi ngobrol ama siapa xixixi
HapusSama bidadari angin timur mbul..🤣🤣🤣
Hapusmasa bidadati dipanggil 'kang' kang satria ? 🤭
HapusSemangat mas Her..
BalasHapusSaya dapat pengetahuan baru nih, kalau di bus AKAP yg ngebut itu sinyal hpnya hilang Krn ga bisa ngejar busnya. Selama ini, saya pikir, kan saya di pedalaman Sumatera, Jd hilang sinyal dlm bus karena memang ga ada tower terdekat. Tp kan di Jawa coverage provider sudah merata.
Di Jawa juga ada daerah yang sinyalnya kurang bagus dan bagusnya hanya untuk provider tertentu saja.
HapusKirain Jawa dah lebih maju soal provider ini mas.
HapusBtw, sudah lamaaa ga update cerita2 bapernya nih
Ikut legaaaaa ..., selega abis minum aq** baca akhir kisahnya mas Her dan Ningsih akhirnya saling tegur sapa lirih manjaaah ...
BalasHapus┌(★o☆)┘
Tapi, kok ... tamat ?.
Kayaknya kan asik tuh ada lanjutan kisahnya, misalnya mas Her selingkuh ..., atau juga Ningsih merantau jadi Tekawe sementara mas Her banyak godaan datang dari para rongdo karena ditinggal jauh sama si Ningsih ..., hihihi
Lah kan cerpen bukan cerbung jadinya tamat bukan bersambung..hihihi
HapusDibikin disambung-sambungin ceritanya ngga bisa ya, mas ...
Hapus#eh, maksa hahaha
Saya bacanya yang saya ingat soal kembalian dan harga penginapan
BalasHapusHarga minuman aqua
Aduh ini ceritanya masih dijawa kok, sinyal hape sering eror
Kira-kira ini setting ceritanya tahun berapa?
Lupa tahun berapa, di Jakarta aja sinyal hp kadang suka error.
Hapusapakah ini cerita sebelumnya dari cerita 'hmmm' ?
BalasHapusEntahlah tapi mungkin juga.
HapusKok bisa ketipu beli tiket bus nya? Beli di terminal loket yang resmi aja biar nggak ketipu.
BalasHapusYang lama itu kejadian di perjalanan nya ya hehehe..
Baru aja ketemuan kok sudah tamat cerita nya.
Kita kan kepo mau tahu bagaimana reaksi Ningsih ngelihat Herman secara langsung juga sebaliknya.
Ntar buat sambungan cerita nya ya hehehe
Nanti dibuat lanjutannya kalau udah ketemu idenya
HapusNgenes banget cerita di awalnya si Mas Her, gadis pujaannya ternyata meninggal :((
BalasHapusSaya hargai si Herman yang sudah jauh-jauh datang sampai salah naik bus buat ketemu. Harapan itu memang tak tercipta sendiri, tetap harus ada usaha.
BalasHapusNekat banget ya jauh-jauh pergi buat ketemu wanita cuma bawa hp, untung nggak lupa bawa uang.
BalasHapusJadi kelanjutannya gimana? Happy ending kan?
BalasHapusDuhh udah jatuh tertimpa tangga pula... kereta ketinggalan, bisa ditipu.. hhmmm
BalasHapusIni cerpen kan yah, bukan kisah nyata., wkwk kalau kisah nyata sesdih banget sih..
Duhh ini kenapa background lagunya bikin nostalgia.. hahah Asmaragama.. hihi. Jadi inget gitaran ini pas lagi api unggunan..
Lah... kok tamat? Nanggung banget.
BalasHapusJadi Ningsih sama Herman jadi apa nggak nih?
Jauh-jauh ke Pemalang, main ke rumahku aja sini di pelosok Pemalang bagian selatan.
Nanti nikahannya Ningsih aku yang make up in deh, harga diskon tenang aja!
Ahaha...
Jadi nggak rela kalau udah tamat, pengen komen NEXT deh, kayak di grup KBM hahaha.
BalasHapusAbisnya udah asyik-asyik masuk ke ceritanya, eh berhenti sampai di situ :D
Masss ini kok nanggung gini sih, ditunggu kelanjutannya, si Herman dan Ningsih jadian atau siapa tau langsung naik ke pelaminan hihihi
BalasHapusKok aku malah fokus pada tulisan di warung: chas HP kudu bayar. Hehehhhe Apakah di dunia nyata emang ada yang kekgitu?
BalasHapusAda mbak Purwartini tapi lebih dominan didaerah2 Fantura dan sekitarnya..😊😊
HapusDi warung ku kalo orang yang tidak kenal lalu cas hp ya harus bayar apalagi listrik mahal, tapi kalo langganan gratis.😁
Hapus@ Agustina ,,:
HapusAda, kak.
Terutama di warung-warung makan di jalur Pantura, tuh.
Dulu pas jaya2nya sebelum pandemi, latis manis tuh jasa chargeran disana 😁
BalasHapusKaywknya ini kisah nyatah iya?😇
Hebat kisah perjuangan cintanya..
Bagian akhir lega, karena ada harapan utk melanjudkan cinta...
Tapi tiba2 udh d end...
Terasa menggantung eh😊
Masih penasaran...
Kelanjutannya begimane heheh...
Sungguh sebuah perjuangan yang panjang demi sebuah pertemuan.
BalasHapusDitunggu publish kisah lanjutannya ya ..., apik soalnya kayak true story gitu
BalasHapusTrus pas ketemuan mereka ngapa ya? Apakah yang akan terjadi?
BalasHapusJadi supeeer penasaran setelah ikutan lelah mengikuti gonta ganti bis dan jajan indomie hehe
Jadi pengen ngebis lagi. Kayak dulu pas kuliah, bolak balik ke Semarang naik bis. Kadang saya iseng ikut teman pulang naik bis ke tegal atau pekalongan. Ngga tau saya suka saja suasana di bis dan terminal. Sudah berapa lama yaa saya nggak merasakan nge bis? Udah bertahun tahun tidak merasakan ngebis. ngebis umum maksudnya. Kalau piknik naik bis pariwisata suasanya lain
Ayo dilanjuut ceritanya. Mereka berdua trus naik bis kemana gituu :)
Perjuangan cintanya mengharukan sekali. Bela-belain menempuh perjalanan panjang demi bertemu Ningsih, pujaan hati.
BalasHapusJadi keinget sama mantan. Dia di bis atau aku yang di bis niat mau ketemuan, tapi sambil chattingan, eh baterai hp sekarat. Hihi...
BalasHapusNice story Kak!
Anyway, judul musiknya apa ya? Awalnya kaget, tiba-tiba ada musiknya di blog ini. Tapi, ya udah didengerin aja sambil baca cerpen.
Hapuskalau saya lihat dari gaya penulisan cerpennya mas Herman udah sering nulis cerpen ya, enak bacanya, seperti mengalir gimana gitu, cerpen perjalanannya di sajikan dengan cukup rapi dan detail, mantap
BalasHapusBetul.
HapusAku nebaknya juga begitu, ko.
Bisa jadi, mas Herman sebetulnya cerpenis femes loh ..
Cuma nyamar pakai nama Herman 🤭
aku juga, soalnya mas herman kalau baca itu beneran baca, sampai kata detil dan tau arti serta padanan katanya...jangan jangan mas herman adalah seorang pujangga hihihi
HapusCeritanya bagus dan mengalir. Sangat inspiratif, Mas herman.
BalasHapusLah masih gantung nih, kelanjutan ceritanya dong... Penasaran banget setelah pertemuannya itu apakah akan.. ehem.
BalasHapus