Apakah Memang Dia? (#1) - Cerbung

Apakah Memang Dia? (#1) - Cerbung



apakah memang dia? (#1) - cerbung
Sumber gambar google.com diedit oleh Hermansyah


Ketika sedang mengerjakan pekerjaan yang lumayan menumpuk tiba-tiba Hermansyah dikejutkan oleh suara notifikasi pesan WhatsApp dengan nada khusus, nada khusus yang sudah lama tak didengarnya. "Tumben dia mengirim pesan lagi." Hermansyah berkata dalam hati.

Lantas Hermansyah menyambar HP-nya yang tergeletak di atas meja dan langsung membuka pesan whatsApp yang baru saja diterimanya.

"Bang, boleh kah aku bertanya sesuatu?" Tulisnya singkat di kolom pesan WhatsApp yang masih kosong sejak ia menghapus semua percakapan dengannya di waktu lalu.

"Boleh, mau bertanya apa?" Hermansyah langsung menjawab pesan Whatsapp-nya.

Kembali terdengar notifikasi dengan nada khusus dari HP yang masih digenggamnya bertanda dia langsung membalasnya. "Tapi Abang harus menjawab dengan jujur, mau kan, Bang?" Isi pesan balasan darinya.

Sesaat Hermansyah terdiam dan berpikir ada apa sebenarnya di balik pesan dan pertanyaannya itu. Lantas ia pun membalasnya, "Iya, Abang akan menjawabnya dengan jujur."

Tak lama kemudian datang kembali pesan balasan darinya, isinya singkat memintanya agar ia berjanji untuk menepati perkataannya sebelumnya.

"Janji ya, Bang!"

"Iya, Abang janji. Abang akan menjawabnya dengan jujur." langsung Hermansyah membalas pesannya.

Berapa detik kemudian terdengar nada dering telpon dengan nada khusus, dia tidak membalas lewat pesan WhatsApp tapi langsung menelpon. Sedikit ragu Hermansyah untuk mengangkatnya tapi akhirnya ia mengangkat juga.

"assalamualaikum," terdengar ucapan salam darinya

"Wa'alaikumussalam." "Ada apa, Sih?"

"Bang, Ningsih ingin bertanya apa Abang masih sayang dan tidak membenci Ningsih?"

"Iya. Memang kenapa, Sih?"

"Reza, dia... Dia...." terdengar suara tangisnya.

"Kenapa dengan Reza?" "Apa yang telah terjadi dengan Reza, Sih?"

Di seberang sana hanya terdengar suara tangisan.

"Ada apa, tolong dijawab jangan menangis seperti itu. Jawablah ada apa sebenarnya?" tanya Hermansyah dengan nada cemas.

"Mungkin ini balasan atas perbuatanku, aku yang telah menyia-nyiakan cinta yang tulus dari seorang yang benar-benar mencintaiku akhirnya mendapatkan balasannya dan akhirnya semua jadi seperti ini, Bang," jawabnya sambil menangis.

"Maksudnya apa, Abang tidak mengerti coba dijelaskan, Sih?"

"Aku telah mendapatkan balasannya karena ulahku sendiri, aku telah mengkhianatinya dan inilah balasan yang harus aku terima."

"Jadi Ningsih telah mengkhianati Reza?" Tanya Hermansyah menegaskan.

"Jangan sebut nama lelaki sialan itu lagi aku Tidak sudi mendengarnya lagi."

Hermansyah tersentak mendengar jawaban dari Ningsih. Ada apa ini kenapa dia begitu marah pikirnya. Sepertinya ada yang tidak beres di antara mereka berdua? Lalu Hermansyah kembali bertanya, "kok Ningsih berkata seperti itu ada apa sebenarnya ini tolong jelaskan jangan buat Abang bingung. Kalau bukan Ningsih yang mengkhianati Reza apa Reza yang mengkhianati Ningsih?"

"Lelaki sialan itu telah menduakanku dan mungkin ini balasan yang aku harus terima karena aku juga telah menduakan cintanya," jawabnya dengan nada tinggi.

"Sebentar, berarti Ningsih yang terlebih dahulu mengkhianati Reza terus Reza membalas mengkhianati Ningsih begitu kah? Tanya Hermansyah lagi.

"Bukan, bukan begitu Bang. Aku tidak mengkhianati lelaki sialan itu tapi lelaki sialan itu yang mengkhianatiku."

"Sabar.. Sih... sabar dan tahan emosi jelaskan pelan pelan biar Abang mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kalau Ningsih menjelaskan dengan marah-marah seperti itu Abang malah bingung menanggapinya."

"Maafkan aku, Bang...maafkan aku."

"Iya Abang maafkan dan tolong jelaskan pelan-pelan agar Abang mengerti duduk masalahnya atau begini saja kita ketemuan saja agar bisa bicara secara langsung dan Ningsih bisa menceritakan semuanya dengan jelas."

Akhirnya Ningsih pun setuju untuk bertemu, dia sepakat untuk bertemu sehabis Magrib di tempat yang biasa kami pakai untuk bertemu.

Hari itu Hermansyah berkerja tidak begitu semangat, ia masih kepikiran dengan masalah Ningsih tadi dan menduga-duga apa yang sebenarnya yang telah terjadi dengannya.


===============Baca juga cerita lainnya : Dia Yang Suka Dengan Kata Hmmm (Kenapa Mesti Hmmm?) ===============


Waktu seakan berhenti berputar menunggu Magrib saja terasa begitu lama. Sebentar-bentar Hermansyah melihat jam. "Sial masih satu setengah jam lagi." Gerutunya.

Untuk membunuh waktu yang seakan berhenti berputar Hermansyah menghidupkan kembali komputer yang telah dimatikannya dan mulailah ia browsing ke sana ke mari sampai akhirnya terdengar suara azan Magrib di kejauhan. "Akhirnya Magrib datang juga." ucap Hermansyah dalam hati. Lalu ia mematikan komputernya dan bergegas mengambil air wudhu untuk mengerjakan salat Magrib. Selesai salat Hermansyah beranjak ke parkiran, menghidupkan motornya dan langsung pergi menuju tempat yang telah ia dan Ningsih sepakati untuk bertemu.

Tak lama sampailah Hermansyah di sebuah taman kecil tempat yang telah disepakati untuk bertemu. Tempat itu memang tak begitu jauh hanya beberapa menit dari tempatnya bekerja. Hermansyah menstandarkan motornya dan memandang ke sekeliling taman belum terlihat tanda-tandanya kalau Ningsih sudah datang lebih dulu. Lalu ia berjalan ke sebuah bangku yang ada di dalam taman. Bangku kayu panjang dengan senderan tempat biasa ia dan Ningsih duduk menikmati keindahan taman. Ditatapnya bangku itu, bangku kayu panjang dengan senderan itu masih seperti beberapa waktu yang lalu saat terakhir kali ia dan Ningsih duduk di situ. Lalu Hermansyah pun duduk di bangku itu. Ketika duduk ingatannya pun melayang ke saat terakhir ia dan Ningsih duduk di bangku itu. Saat di mana ia dan Ningsih memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka yang sudah cukup lama dijalani.

"Bang Herman." Teguran itu membuyarkan lamunan Hermansyah

"Ningsih"

"Sudah lama nunggunya, Bang?"

"Belum, Abang juga baru sampai." Jawab Hermansyah sambil tersenyum dan menatap wajah Ningsih.

"Sudah beberapa lama tak pernah bertemu dan melihatnya semakin cantik saja dia."ucap Hermansyah dalam hati. Rasa yang pernah ada dan memang belum hilang benar kembali  muncul dan meronta-ronta memaksa untuk keluar.  Rasanya ingin sekali ia memeluknya seperti dulu tapi itu tak mungkin dilakukan dan sebisa mungkin ia menahan rasa itu.

"Boleh aku duduk, Bang?"

"Boleh, silakan duduk, Sih."

Ningsih pun duduk di sampingnya dan kembali ingatan itu muncul lagi ingatan di mana ia dan Ningsih masih berstatus sepasang kekasih. Rasa yang pernah ada itu kembali meronta-ronta ingin keluar dan untuk menenangkan diri Hermansyah mengeluarkan rokok dan berkata, "Boleh abang merokok, Sih?"

"Silakan Bang." Jawab Ningsih sambil menatap tajam. Hermansyah tahu arti tatapan itu. "Kamu masih tetap seperti yang dulu yang tak suka dengan perokok" ucap Hermansyah dalam hati.

Hermansyah menghisap dalam-dalam rokoknya dan mengembuskan asapnya pelan-pelan untuk menenangkan perasaan yang meronta-ronta ingin keluar. Setelah merasa agak tenang dan berhasil menekan rasa itu ia pun bertanya "Sudah lama tidak bertemu bagaimana kabarnya Sih?"

"Alhamdulillah baik, Bang. Kabar Abang sendiri gimana?"

"Seperti yang Ningsih lihat seperti inilah keadaan Abang tak berubah masih seperti dulu." Jawab Hermansyah sambil tersenyum.

Ningsih menatap mata Hermansyah lekat-lekat, seolah ia menemukan sebuah kehangatan dan kenyamanan di matanya dan hatinya pun bergemuruh.

"Oh iya kalau Abang boleh bertanya ada masalah apa antara Ningsih sama Reza sepertinya ada masalah serius."

Ningsih tidak langsung menjawab, matanya berkaca-kaca dan wajahnya mulai memerah seperti sedang menahan amarah yang begitu hebat.

"Aku ingin bercerita banyak tapi aku malu, Bang. Kenapa ini terjadi pada diriku, aku.. aku....." Ningsih tak bisa lagi menahan gejolak di hatinya ia pun tertunduk dan menangis.

Hermansyah merangkul bahu Ningsih sambil berkata, "kalau memang Ningsih tak bisa menceritakannya tak usah diceritakan Abang pun takkan memaksa Ningsih untuk menceritakannya."

Ningsih menyandarkan kepalanya di bahu kiri Hermansyah dan terus menangis. Hermansyah merangkulnya dan mengusap bahunya dengan lembut untuk menenangkannya. "Menangislah bila itu bisa membuatmu tenang, jangan pedulikan yang lain sampai hatimu benar benar merasa tenang."

Cukup lama juga Ningsih menangis, perlahan-lahan tangisannya pun mereda dan dia mulai menceritakan masalah yang ia alami. Hermansyah hanya terdiam mendengarkan ceritanya. Ningsih menceritakan semuanya tentang masalah dia dengan Reza. Setelah mendengar semua cerita Ningsih dan tahu duduk permasalahannya ia merasa kasihan kepada Ningsih dan juga geram kepada Reza dan seandainya Reza saat itu ada di hadapannya mungkin sudah dicaci-makinya habis-habisan.

Tak terasa cukup lama mereka berbicara dan haripun semakin malam, embusan angin pun sudah terasa dingin tak lagi bersahabat. Hermansyah dan Ningsih menghentikan pembicaranya dan memutuskan untuk pulang. Yang masih diingat Hermansyah adalah guratan tipis di bibir Ningsih, dia tersenyum padanya sembari memberikan sebuah ucapan selamat malam dan mengakhiri kalimatnya dengan ucapan terima kasih.

Hati Hermansyah berdebar, ingatannya mulai menyeruak keluar, kenangan-kenangan masa lalu bersama Ningsih tidak bisa lagi berdiam di dalam ingatannya. Dan ia berharap pertemuannya dengan Ningsih di malam itu menjadi awal kembalinya kisah manisnya bersama Ningsih.

"Semoga kembali akan kudengar notifikasi pesan dengan nada khusus seperti beberapa waktu yang lalu seperti kali ini notifikasi itu kembali berbunyi dan dapat kupastikan notifikasi pesan itu dikirim oleh Ningsih," ucap Hermansyah dalam hati.




Bersambung ke Apakah Memang Dia? (#2)



=============== Baca juga cerita lainnya : Misteri Di Balik Kata Hmmm ===============

Komentar

  1. Cerbung ya hu, mana sambungannya hu 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entahlah sambungannya ke mana, saya juga bingung..hihihi

      Hapus
    2. Oh ga di ijinin Ningsih ya, berarti masih berhubungan sama Ningsih ya wkwk

      Hapus
    3. Sepertinya ini komentar salah tempat.. hihihihi

      Hapus
    4. Haha iya menjawab komen yg dibawah 😛

      Hapus
  2. wuiiiih tread cerbung ini sudah dibuka oleh mas jaey...artinya? kudu diramaikaaaaaan

    e tapi uda baca dari kapan tau
    dan tiyep kali baca tokoh ningsih selalu membayangkan mungkin ada kali ya di dunia nyata bhahahhahahah...

    syahdu banget soalnya, manggilnya mesra asyikkk ahahhaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak sepertinya kisah nyata.

      Ningsih klo gak salah tinggal di sukabumi, Herman naik angkot kesana, namun dari JKT Herman salah naik jurusan nyasar ke Makassar dan akhirnya mereka bertemu di mall 🤣

      Hapus
    2. Memang kisah nyata makanya ngga dilanjutkan soalnya ngga diijinkan sama pemerannya..hihihi

      Hapus
    3. aaah pantas, soalnya berasa nyata hihihi
      so sweet tapi kok sedih endingnya ☺😊

      Hapus
    4. Lah ending belum ada kok bilang sedih?

      Hapus
    5. ending yang part ini doang mas her

      ya rata rata cerpen mas her emang sad ending ya 🥺😟

      Hapus
    6. Oh kisah nyata ya mas, pantesan sweet banget.😃

      Hapus
    7. Sudah ada sambungannya ya, akan berapa jilid mas? 😄

      Hapus
    8. Kurang tau juga bakal jadi berapa jilid, sepertinya bakalan banyak mungkin lebih dari satu lusin..hihihi

      Hapus
    9. Banyak amat satu lusin, sekalian saja satu kodi.😆

      Hapus
    10. Masih sedikit belum rim..hihihi

      Hapus
  3. Apa ending nya Ningsih akan CLBK dengan Herman? Jujur ceritanya kurang paham soalnya isii ceritanya Ningsih nangis terus..

    BalasHapus
    Balasan
    1. CLBK itu apa mbak, apa Chat Lama Beli Kagak? �,😆

      Hapus
    2. Coba ditebak aja endingnya bakal bagaimana..hihihi

      Hapus
  4. suka bagian akhirnya ini mas, kayak awal bahagia gitu. Walaupun sebelumnya si ningsih banyak nangis. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baru kayaknya kan jadi belum pasti kan, mbak..hihihi

      Hapus
  5. Ningsih....kasian ningsih. Santet aja itu si Reza.. upss jahat banget.
    Hermansyah baik banget yah.. tapi ngerokok di depan orang yg dia sndiri udh tau dia nggk suka rokok.. hahaha

    Kelanjutannya udh ada kan yah...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah mas, silakan dibaca kelanjutan episodnya, dijamin termehek mehek sampean

      Hapus
  6. Td nya aku pikir bakal dijelasin kenapa Ningsih nangis pas ketemu, tp ternyata blm juga yaaa :D.

    Hrs baca di sambungannya kah mas? Penasaran , Krn msh blm nangkep kenapa si Ningsih marah dan nangis :D

    BalasHapus
  7. lanjut ke part 2 ahhhh
    ini kira kira CLBK ga ya, bentar ahhh cuss dulu

    BalasHapus

Post Yang Paling Banyak Dibaca

Makhluk Manis Dalam Lift - Cerpen

Misteri Di Balik Kata Hmmm - Cerpen

Rasa Yang Telah Terbunuh (#1) - Cerbung

Dia Yang Kusayang (#2) - Cerbung