Sepenggal Kisah Dunia Maya (#2) - Cerbung

Sepenggal Kisah Dunia Maya (#2) - Cerbung




sepenggal kisah dunia maya (#1) - cerbung


Selesai mengerjakan salat magrib Reihan kembali mengaktifkan ponselnya dan ia melihat tak ada satu pun notifikasi yang masuk dari Facebook ataupun Messenger. Hanya ada notifikasi dari WhatsApp dan email.

Reihan membuka Facebook dan mengaktifkan status online-nya setelah itu ia membalas komentar yang ada di statusnya. "Maaf ini ada apa, ya, kok ramai banget dan kenapa banyak yang meminta maaf?"

Menunggu balasan komentar dari teman-temannya, Reihan lalu membuka Messenger dan mengaktifkan status online-nya dan ia pun membalas pesan yang dikirimkan oleh Nindy, dan kebetulan saat itu dilihatnya Nindy sedang online.

"Rei, aku minta maaf kalau bercandaku keterlaluan."

"Maaf, ini maksudnya apa ya kok aku tidak mengerti?

Triiingg, pesan balasan dari Nindy masuk lagi.

"Maksudnya, aku minta maaf atas kejadian Minggu lalu sampai kamu menutup akun Facebook-mu. Aku benar-benar minta maaf, Rei."

"Kejadian Minggu lalu? Minggu lalu aku baik-baik saja dan alhamdulillah tak ada kejadian apapun dan aku juga tidak menutup akunku. Dan maaf, Rei itu siapa?"

"Kamu Reihan kan?"

"Sepertinya Anda salah orang, aku bukan Reihan, aneh tak hanya di komentar, di pesan pun aku dipanggil Reihan. Ini benar-benar aneh.
Ada apa sebenarnya dan siapa itu Reihan?"

"Kalau begitu aku salah orang. Maaf kalau aku telah membuang-buang waktumu untuk membalas pesanku ini"

"Tak apa-apa, aku tak merasa membuang-buang waktu. Kalau kamu memang ingin mengobrol denganku, aku punya banyak waktu untuk menemanimu mengobrol."

Tak ada balasan lagi dari Nindy padahal saat itu Reihan melihat Nindy masih online.

Lalu Reihan membuka pesan dari Nurul dan ketika itu dilihat olehnya, Nurul juga sedang online. Reihan langsung membalas pesan Nurul,

"Hai Abang, gimana kabarnya nih?"

"Alhamdulillah, kabar aku baik-baik saja dan kamu sendiri bagaimana mana kabarnya?"

"Sama, Bang. Alhamdulillah aku juga baik-baik saja. Oh ya kenapa Abang menutup akun Facebook sih, kan aku jadi kangen, Bang."

"Menutup akun? Aku tidak menutup akun. Ini buktinya aku sedang online dan kamu bisa mengirimkan aku pesan."

Satu notifikasi masuk, Lian membalas komentar anda. Karena Nurul belum membalas pesannya, Reihan langsung mengklik notifikasi tersebut. 

"Han, gimana kabar lu, sehat kan?"

"Alhamdulillah, aku sehat tapi maaf, ini siapa? Sepertinya kita tak berteman."

"Ini Reihan kan?"

"Maaf, sekali lagi maaf, sepertinya Anda sudah salah orang, aku bukan Reihan."

Tak ada balasan dari Lian. Namun Jaey yang membalasnya.

"Udah ngaku aja, aku tau ini Facebook kamu, Han."

"Kita memang berteman tapi aku bukan Han dan kita juga belum pernah saling berkomentar."

"Kamu memang bukan Han tapi Reihan dan aku pernah berkomentar di akun Facebook ini."

"Gue juga pernah berkomentar di Facebook lu ini dan gue masih ingat kalau akun Facebook ini punya lu, Rei." Timpal Agus.

"Maaf, Anda semua sudah salah orang, aku bukan Reihan. Kalau Anda berdua merasa sudah pernah berkomentar di Facebook-ku ini coba tunjukkan buktinya. Seingat aku, Anda berdua belum pernah berkomentar."

"Benarkah kamu bukan Reihan?" Tanya Salma.

"Benar, aku bukan Reihan. Memang Reihan itu siapa dan kenapa pada menyangka kalau aku ini Reihan?"

"Seingat saya, saya pernah berkomentar juga di akun ini dan seingat saya akun Facebook ini milik teman kami, Reihan, yang sekarang menutup akun Facebook-nya."

"Gue pernah berkomentar di sini tapi pas gue cari kok komentar gue nggak ada."

"Iya, Gus. Komentar aku juga nggak ada tapi aku yakin banget kalau akun Facebook ini milik Reihan."

Reihan tertawa sampai rahangnya sakit, ia berkata dalam hati, "Sampai kiamat pun kalian tak akan menemukan komentar kalian. Status sebelumnya yang ada komentar kalian sudah saya privat, wahai temanku, Jaey, Agus dan Salma.. hahaha."

"Maaf, Anda semua sudah salah orang dan sekali lagi aku tegaskan aku bukan Reihan, teman kalian yang kalian katakan telah menutup akun Facebook miliknya," balas Reihan.

Jaey, Agus dan Salma tetap ngotot kalau mereka pernah berkomentar di akun ini dan mengatakan kalau akun Facebook ini milik Reihan. Reihan pun begitu, ia tetap menyangkal kalau ia bukanlah Reihan dan meminta mereka membuktikannya kalau ia benar-benar adalah Reihan. Perdebatan Reihan, Jaey, Agus dan Salma terus bergulir di kolom komentar sampai akhirnya Jaey pun menyerah karena ia tak bisa membuktikan kalau akun Facebook ini milik Reihan. Dia telah melihat seluruh status yang ada di akun tersebut tetapi dia tak menemukan satu pun komentar darinya atau komentar dari Agus atau Salma.

"Baiklah, aku minta maaf karena sudah salah menduga, ternyata akun ini memang bukan akun teman kami, Reihan. Setelah aku melihat seluruh status yang ada di akun ini tak ada satu pun komentar aku, Agus atau Salma yang aku temukan pada status yang ada di akun ini." Tulis Jaey di kolom komentar.

Tak lama kemudian dua notifikasi pesan berbunyi, tring.. tring.. dua pesan masuk, satu dari jaey dan satunya lagi dari Nurul. Reihan langsung membuka pesan dari Nurul dan mengabaikan pesan dari Jaey.

"Bukan akun yang ini, Bang. Tapi akun yang satunya lagi, akun yang bernama Reihan."

"Akun yang bernama Reihan? aku tidak punya akun Facebook yang bernama Reihan. Akunku cuma satu, cuma akun ini saja. Sepertinya kamu sudah salah orang deh."

"Salah orang? Itu di komentar aku lihat Jaey, Agus dan Salma bilang kalau akun ini akun Bang Reihan."

"Oh, jadi kamu temannya Jaey, Agus dan Salma. Jangan-jangan kamu juga teman dari mereka itu yang pada ramai berkomentar?"

"Iya, Bang. Mereka semua yang berkomentar itu teman-temanku, Bang."

"Memang ada masalah apa antara kamu dan teman-temanmu itu dengan si Reihan?"

"Ada sedikit kesalahpahaman, Bang. Tapi benarkah Abang bukan Bang Reihan?

Reihan tersenyum kecil di depan layar ponselnya, Ia tahu, Nurul mulai sedikit ragu dengan kepemilikan akunnya ini, apakah akunnya ini benar-benar akun temannya yang bernama Reihan. Maka, Reihan pun mulai mengetik lagi untuk membalas pesan Nurul. “Kalau aku memang bukan Reihan, apa kamu masih tetap percaya sama teman-temanmu itu?”

Nurul membalas cepat. "Hah? Maksud Abang apa?"

"Ya, gimana kalau aku benar memang bukan Reihan? Kan kamu yang bilang temanmu, Jaey, Agus dan Salma, yang bilang kalau aku ini Reihan. Bukan aku yang mengakui kalau aku ini Reihan."

"Aku..... Aku nggak tahu, Bang. Memang Jaey, Agus dan Salma yang bilang kalau akun ini akun Abang Reihan."

Reihan kembali tersenyum kecil, Ia lantas membalas pesan dari Nurul . "Nah, itu dia. Mungkin saja mereka bertiga salah. Walaupun mereka bertiga tetap ngotot tapi mereka tak bisa membuktikannya kalau akunku ini benar akun milik si Reihan. Memang aku akui Jaey, Agus dan Salma berteman denganku tapi mereka belum pernah berinteraksi denganku baik di komentar ataupun di inbox jadi bagaimana mereka bisa yakin kalau akunku ini akun si Reihan."

Nurul tampak kebingungan, balasannya agak sedikit lebih lama. "Hah? Jadi Abang bukan Bang Reihan? Aduh, maaf kalau aku sudah salah sangka ya, Bang. Aku jadi bingung."

Reihan tertawa terpingkal-pingkal. "Tenang saja, Nurul. Kamu nggak salah, kok. Memang teman-temanmu itu mengira aku ini Reihan. Tapi benar aku bukan Reihan seperti yang teman-temanmu kira."

Dalam kebingungan Nurul membalas"Ya ampun, jadi benar aku salah orang? Maaf banget, Bang! Aku benar-benar nggak bermaksud menuduh Abang. Aku cuma… tadi lihat Jaey, Agus dan Salma ngomong begitu, terus aku pikir ini benar akun Abang Reihan."

Reihan semakin bersemangat, ia tahu ini saat yang tepat untuk memperpanjang permainannya. “Mungkin kamu memang salah orang. Lagian aku juga nggak kenal dekat dengan mereka bertiga walau mereka bertiga berteman denganku.”

Setelah beberapa saat, pesan Nurul masuk lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut dan penuh penyesalan. "Wah, maaf banget kalau begitu. Aku jadi nggak enak nih, udah mengira yang nggak-nggak. Mungkin aku aja yang terlalu cepat menyimpulkan. Maaf banget ya, Bang, kalau aku salah."

Reihan tertawa, puas ia melihat Nurul mulai merasa bersalah. Tapi ia belum mau berhenti. Ia menulis lagi, "Ya, nggak apa-apa. Banyak orang yang sering salah sangka, kok. Tapi kalau kamu memang merasa benar-benar bersalah, ya… mungkin kamu bisa minta maaf dan teman-temanmu juga?"

Nurul langsung membalas. "Iya, iya, aku bakal bilang ke mereka kalau mereka sudah salah menduga. Duh, maaf banget ya, Bang. Aku benar-benar malu sekarang. Sejak awal sebenarnya aku juga nggak begitu yakin kalau ini Abang Reihan karena gaya bicara Abang sangat berbeda dengan gaya bicaranya Bang Reihan yang aku kenal."

Reihan sangat puas karena sudah membuat Nurul bingung dan merasa bersalah, ia pun memutuskan untuk menutup permainannya. Dengan senyum jahil di wajahnya, ia mengetik kalimat terakhir. "Tidak apa-apa. Kesalahan seperti ini biasa terjadi. Aku doakan kamu bisa menemukan Reihan yang sebenarnya. Mungkin dia memang sedang menghilang sementara... hihihi."

Beberapa detik hening sebelum terdengar kembali notifikasi balasan dari Nurul tapi Reihan membiarkannya ia kini beralih ke pesan dari Jaey.

"Demi Allah aku benar-benar minta ma'af sama kamu aja ya, Mas...Terserah, kamu Reihan atau bukan, soalnya aku nggak tau akun dia yang lain. Aku anggap ajalah kamu ini Reihan biar hatiku lega.. Assalammu'alaikum."

Membaca pesan dari Jaey, Reihan tertawa terpingkal-pingkal. Ia melihat Jaey sepertinya sudah sangat frustasi padahal dia orang yang tak mudah menyerah. Reihan lalu membalas pesan dari Jaey, "Wa'alaikumsalam. Masalahmu dengan Reihan sepertinya bukan masalah yang main main dan sepertinya butuh penyelesaian secepatnya agar tidak berlarut larut, kenapa kamu tidak mencarinya atau bertanya ke temannya saja?"

"Gak ada yang tau,Mas."

"Tidak ada yang tahu? Apa kalian berteman dengan Reihan hanya di dunia maya saja dan temannya dia hanya yang berkomentar itu saja?"

"Iya, Mas. Kami hanya berteman di dunia maya saja dan aku kurang tau juga temen-temen dia yang lainya, Mas. Nanti akan aku telusuri lagi temen-temennya dia."

"Ohh, oke deh. Aku doakan semoga cepat ketemu dan masalah kalian cepat terselesaikan."

"Terima kasih, Mas."

Aku pun mengakhiri percakapan dengan Jaey di messenger.

Tring.. satu notifikasi masuk, rupanya Agus memberikan sebuah komentar.

"Gue masih yakin kalau akun ini akun lu, Rei." Tulisnya di kolom komentar.

"Silakan saja kamu berkeyakinan seperti itu tapi yang jelas kamu tak bisa membuktikan kalau aku ini adalah Reihan," balas Reihan.

"Memang gue belum bisa membuktikannya tapi keyakinan gue tak pernah meleset. Gue curiga lu telah menghapus semua komentar gue, Jaey dan juga Salma."

"Hahaha.. buat apa aku menghapus komentar-komentar kalian, tak ada untungnya buatku."

"Nggak ada untungnya kata lu, jangan munafik, Rei. Dengan menghapus semua komentar lu berharap luh bisa sembunyi dan bermain-main dengan kami semua. Lu tau nggak kalau lu itu jahat, Rei."

"Terserah apa katamu tapi yang jelas aku bukan Reihan teman kalian yang katanya telah menutup akun facebooknya."

Perdebatan panas dan panjang terjadi di kolom komentar antara Agus dan Reihan. Agus mencoba memancing Reihan tapi Reihan bisa menghindarinya. Sampai akhir Salma menengahinya."Sudah, Gus. Nanti kamu malah berkelahi dengannya. Niat kita ingin mengetahui keberadaan dan kabar Reihan kamu nanti malah buat masalah baru dengannya."

"Santai saja, Sal. Kalau cuma berdebat sampai pagi pun akan aku layani asal jangan bermain kekerasan atau menghina pisik bakal beda lagi ceritanya."

"Sekarang lu nggak bisa lagi menghindar dan menyangkal kalau luh adalah Reihan. Setelah gue perhatiin, lu punya kebiasaan yang sama dengan si Reihan...hahahaha. Gaya bahasa lu boleh lu rubah tapi tanpa sadar kebiasaan lu muncul.. hahahaha. Reihan.. Reihan kesian amat lu jadi orang... Gawat... hahahaha."

Reihan terdiam, ia mencoba memerhatikan semua komentar yang telah ditulisnya. Siallll... Ia pun menepuk jidatnya setelah diperhatikan ada kebiasaannya yang muncul di beberapa kata.

Dan belum sempat dia membalas, Agus telah mengirimkan beberapa screenshot yang telah ia tandai di beberapa kata disertai dengan tulisan kata "NYA" nya kemana ya... hahahaha.

"Jadi, mau bilang apa sekarang, lu?" Tulis Agus lagi dengan nada menggoda. "Apakah lu masih mau menyangkal?"

"Oke, mungkin ada sedikit kesamaan, tapi itu tidak berarti aku adalah Reihan. Beberapa orang mungkin bisa mempunyai kebiasaan yang sama. Dan bisa saja itu hanya satu kebetulan saja."

"Kebetulan kata lu... hahahaha... Kebetulan adalah kebenaran yang sesungguhnya tanpa ada rancangan dari manusia... hahahaha."

Dengan napas tertahan Reihan menatap layar ponselnya, jari-jarinya gemetaran. Sial! pikirnya lagi. Entah kenapa, hal-hal kecil yang selama ini tak dia sadari justru menjadi bukti tak terbantahkan yang membongkar segalanya. Haruskah dia mengakhiri permainan ini dan mengakui kalau ia memanglah Reihan. Tapi egonya masih ingin bermain dan membuat bingung teman-temannya.

"Kamu terlalu terobsesi,, Gus. Kamu ciptakan skenario di kepalamu dan mencari pembenaran untuk itu. Aku bukanlah Reihan,"

"Masih mau menyangkal lu... hahahaha"

Kembali beberapa screenshot muncul di layar, memperlihatkan pola-pola kebiasaannya. Setiap bukti yang dikirimkan Agus seperti palu yang menghantamnya satu per satu.

Salma kembali muncul. "Gus, cukup. Apa gunanya kamu terus menyerangnya seperti itu? Kalau dia memang Reihan, biarkan saja dia. Mungkin dia punya alasan sendiri kenapa tidak mau mengakui siapa dia sebenarnya."

Kalimat Salma itu membuat Reihan sedikit terhenyak. Alasan? Reihan tertawa dalam hati. Memang, ada alasan yang tak pernah bisa kalian pahami. Aku ingin bermain dan membuat bingung kalian..hihihi."

Agus membalas dengan cepat, "Sal, ini soal kejujuran. Kalau dia memang teman kita, kenapa tak mau mengakui? Kalau memang dia nggak mau bicara dengan kita, bilang aja langsung."

"Kalian tidak mengerti... Ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan begitu saja." Balas Reihan.

Salma kembali menimpali, "Kalau ada masalah, bisa kita bicarakan. Kenapa harus bersembunyi, Rei?"

Agus, yang tak mau kalah, kembali membalap lagi, "Lu tau nggak, semakin lu menyangkal, semakin jelas kalau lu itu Reihan. Ayo, keluar aja, Rei. Buat apa sembunyi? Apa yang lu takutkan?"

Reihan terdiam, dia membiarkan kursornya berkedip-kedip tanpa henti. Apa yang dia takutkan? Tak ada yang ia takutkan, ia hanya ingin bermain-main saja.

"Baiklah, hari sudah hampir tengah malam dan gue butuh istirahat besok gue harus bekerja jadi kita sudahi aja perdebatan ini, terlepas lu, Reihan atau bukan gue minta maaf kalau ada kata-kata gue yang menyakiti hati lu. Selamat malam dan selamat beristirahat." Komentar Agus berpamitan.



Bersambung 

Komentar

  1. gw ampe lupa cerita pertamanya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, Mas. Saya juga lupa cerita pertamanya..wkwkwk

      Hapus
  2. Waduh, kenapa Herman eh Reihan suka main kayak gitu ya, isengnya sudah level 100 kalo di bon cabe. 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ternyata bon cabe ada levelnya ya.

      Itu belum seberapa. Konsep awalnya malah ada yang sampai nangis..wkwkwk

      Hapus
    2. Nah, yang level 100 itu yang bikin nangis mas.😂

      Bon cabe kan ada levelnya, yang biasa level 10, level 15 mulai rada pedes , makin naik makin parah pedesnya

      Hapus
  3. Tu makanya saya tidak mau terlalu asek main fb khususnya mesenger
    profil yang tidak jelas, kadang sok akrab
    ah itu isengnya level dewa juga ya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dunia maya dunia tipu tipu kebanyakan profilnya ngga jelas. Isengnya masih tahap belajar kok..hahaha

      Hapus
  4. Lupa-lupa inget..kayaknya pernah baca postingan ini, tapi lupa..soalnya gak ada tanggal postingan...tapi koq isengnya kebangetan ya..bisa tahan gitu..saya udah lama banget fakum di FB...Instagram aja udah saya uninstall

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin yang pernah dibaca bagian pertamanya, ini bagian keduanya, Mbak Hen.
      Tahan ngga tahan dah, namanya juga mau ngerjain orang..wkwkwk

      Sama, saya juga udah vakum buka Facebook, semua akun Facebook saya udah saya tutup. Kalau IG kadang masih saya buka kalau lagi suntuk pengen lihat orang joget.. wkwkwk.

      Hapus
  5. Ternyata masih berlanjut cerpen yang tokoh utamanya Reyhan Hermansyah ini heheh..maksud mbul reyhan...

    Barangkali temen temennya Reyhan pengen menyapa reyhan karena udah lama ga saling sapa ya, eh malah Reyhannya lagi pengen iseng becandaan, tapi pastinya Reyhan punya alasan tersendiri kenapa dia pengen begitu aja, dan mudah mudahan temen temennya ga pada salah paham lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih, masih ada di draft garis besar ceritanya. Tinggal ditambahkan mana yang perlu di tambah dan tinggal dibuang mana yang perlu dibuang.

      Benar si Reihan punya alasan sendiri, alasannya yaitu iseng ngerjain teman-temannya..hihihi

      Hapus
    2. Memang pinter membuat cerpen sih temen temen mwb ini, Mbul itu kalau baca kekompakan kalian pas bikin cerpen terus komen buat apresiasi cerpen masing masing suka salut...soalnya persahabatannya kentel...jadi ga heran pabila tokoh utama cerpen kali ini iyaitu reyhan hermansyah dikangeninn temen temennya karena semula ngilang, nah abis itu muncul dengan pengen bikin temen temennya bingung padahal maksudnya buat seseruan aja...hahhahah...moga moga selanjutnya temen temennya ga ada yang salah persepsi lagi dan reyhan hermansyah bisa baikan lagie sama risma...eh tokoh utama cewenya yang sebelumnya di part 1 kalau ga salah risma kan hahhahahah

      Hapus
    3. Cuma baikan tapi ngga balikan..hihihi

      Hapus
  6. Wah wah wah...jadi penasaran nih apa yang melatar-belakangi kelakuan Reyhan seperti itu...
    Tapi keren juga teman-temannya terus ngejar cari pembuktian.
    Ditunggu kelanjutannya Mas.

    Salam,

    BalasHapus
  7. Reyhan usil banget ngerjain teman-temannya...

    BalasHapus
  8. Belum baca bagian satu jadi belum tahu asal usulnya, mungkin Reyhan iseng aja ya ngerjain temen

    BalasHapus
  9. ya ampuuun mas, aku hrs baca cerita sebelumnya kayaknya, sampe lupa ini cerita awalnya gimana hahahahahaha..

    tapi si reihan sumpah nyebelin aseliiiik ;p..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Si Reihan memang nyebelin tapi juga nyenengin..wkwkwk

      Hapus

Post Yang Paling Banyak Dibaca

Sepenggal Kisah Dunia Maya (#3) - Cerbung

Rindu Yang Tak Terjawab - Cerpen

Ancaman Yang Bikin Tersenyum - Cerpen

Beranjak Dari Luka - Cerpen